Monday, June 29, 2009

Seks Berdiri Cegah Kehamilan?

ADA banyak cara mencegah kehamilan. Salah satunya dengan ML berdasarkan kondisi, seperti melakukan seks dengan cara berdiri. Tapi, benarkah melakukan hubungan seks dengan cara berdiri bisa mencegah kehamilan?Pada prinsipnya, kehamilan terjadi kalau ada sperma masuk melalui Mrs V dan berhasil membuahi sel telur yang dikeluarkan pada saat subur. Di luar masa subur wanita, ML tidak mungkin menimbulkan kehamilan. Jika dilihat dari posisi ML, dalam posisi manapun akan tetap memberikan kemungkinan terjadi kehamilan.

Namun posisi yang paling baik untuk menghasilkan kehamilan adalah lelaki di atas, karena sperma tertimbun di sekitar mulut rahim lebih lama.ML dengan posisi berdiri, memang memungkinkan sperma segera keluar kembali, tidak sempat tertimbun di sekitar mulut rahim. Karena itu, secara teoritis, kemungkinan terjadi kehamilan lebih kecil bila dibandingkan dengan posisi pria di atas.Hanya saja secara statistik, kemungkinan terjadi kehamilan tetap ada. Artinya, ML dengan posisi berdiri tidak dapat digunakan sebagai cara untuk mencegah kehamilan.
Sperma yang masuk melalui vagina pastilah akan keluar kembali.


Justru aneh kalau tidak keluar kembali. Ingat, sel-sel spermatozoa yang terkandung di dalam cairan spermalah yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan. Sel-sel spermatozoa itulah yang bergerak masuk ke dalam rahim mencari sel telur untuk dibuahi. (INL/L1)

Mbah Surip yang Fenomenal

siapa yang menyangka jika lagu Mbah Surip yang berjudul Tak Gendong kemana-mana menjadi fenomenal bahkan sempat nangkring dibeberapa stasiun Radio ibukota. Mbah Surip, yang kini ternama di Tanah Air berkat ring back tone lagu Tak Gendong, lebih dulu dikenal dengan seruan, "I love you full"-nya dan dandanan ala legenda regage (mendiang) Bob Marley.Rambut gimbal setia menemani penampilan lelaki bernama asli Urip Ariyanto ini.

Dikisahkan oleh Mbah Surip, rambut gimbalnya merupakan kreasi dari para pelukis di Pasar Seni Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. "Pasti dikira wig ya. Ini dikerjain sama teman-teman saya, pelukis Ancol," tutur pria asal Mojokerto, Jawa Timur, ini.Ia pun menceritakan proses penggarapan rambut yang menurutnya sudah menemaninya sejak 1996, selama pemerintahan lima presiden--dari Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono. "Jadi, ini disiram cat, lalu digulung gimbal, terus diikat tali. Talinya, dari yang harganya 50 perak sampai 700 perak," paparnya.Untuk merawat rambutnya, aku Mbah Surip, ia menggunakan shampo kucing anggora. Kalau tidak, sambungnya, rambutnya bisa rusak.


Selain rambut gimbalnya, topi rajut warna-warni seperti yang dikenakan oleh Bob Marley, juga bertengger di kepala Mbah Surip.Aku Mbah Surip--yang setidaknya sudah menghasilkan lima album dari 1997 hingga 2004, termasuk album Tak Gendong (2003)--baru belakangan ini saja ia bisa tampil bersih dan rapi. "Dulu penampilan saya lebih kacau dari ini. Pokoknya, enggak bisa dibayangin. Ini saja baru lebih bersih," ujarnya. (Kompas.com)

Final Copa Indopnesia 2009 MENGECEWAKAN

Sepak bola Indonesia kembali menorehkan kegetiran. Final Copa Dji Sam Soe Indonesia (CDSSI) 2008 harus berakhir dengan pemogokan pemain Persipura Jayapura. Persipura pun dinyatakan kalah walk out dalam kedudukan kalah 0-1 dari Sriwijaya FC, Minggu (28/6).Duel bergengsi yang mempertemukan Sriwijaya FC sebagai juara bertahan dan Persipura sebagai juara Liga Super Indonesia itu memang menuai ketidakpuasan. Badan Liga Indonesia baru menetapkan Stadion Stadion Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, sebagai tempat penyelenggaraan pada awal bulan ini. Sriwijaya FC yang akhirnya lolos ke final mendapat keuntungan karena bisa bermain di hadapan pendukungnya sendiri.

Akhir buruk pada laga kali ini sangat berseberangan dengan awal pertandingan yang dibuka dengan seremoni meriah. Ratusan penari dilibatkan untuk mengawali dibukanya perebutan gelar juara musim ini.Setelah peluit kick-off dibunyikan, pertandingan pun berjalan menarik. Kedua tim tidak ragu bertukar adegan keras untuk menghalau serangan lawan. Anak-anak Papua bermain cepat dan berulang kali melakukan tikaman melalui Boaz Solossa. Namun, kiper Sriwijaya FC Ferry Rotinsulu bermain baik dan berkali-kali menggagalkan upaya Boaz, David Da Rocha, maupun Ernest Jeremiah.
Dua menit sebelum istirahat, gawang Ferry kembali mendapat dua ancaman maut. Ancaman pertama datang ketika Ferry berupaya menangkap tendangan lambung dari sayap kiri. Tangkapannya tidak sempurna, tapi bola membentur tiang dan kembali ke tangan sang kiper. Semenit kemudian, tendangan bebas David Da Rocha menuju pojok kiri gawang. Kali ini Ferry berhasil menepisnya.Di babak kedua, Persipura kembali menunjukkan serangan-serangan cepat. Namun, justru tuan rumah berhasil mencetak gol pada menit ke-51. Mohammad Nasuha mengirim umpan silang dari sayap kiri dan Anoura Obiora berhasil menanduknya di antara kepungan lawan.

Gol itu membuat serangan “Laskar Wong Kito” kian deras. Tak lama kemudian, sebuah kemelut terjadi di gawang Jendry Pitoy, namun anak-anak asuh Rahmad Darmawan gagal memanfaatkannya menjadi gol.
Persipura membalas kemelut tersebut. Pada menit ke-60, Ian Kabes berhasil mendapat bola di kotak penalti. Tiba-tiba Ferry datang dan berusaha menghalau bola, tapi gerakannya justru menjatuhkan Jeremiah. Bola muntah disambar oleh Boaz, tapi tendangannya mengenai tangan lawan dan keluar lapangan.
Wasit Purwanto tak meniup peluit tanda pelanggaran dan ini membuat kubu Persipura marah. Sejumlah pemain Persipura mendorong wasit dan mengakibatkan kericuhan di lapangan. Tim “Mutiara Hitam” kemudian mogok bermain sehingga laga dihentikan beberapa menit. Puluhan suporter Persipura turun ke lapangan dan membujuk timnya untuk kembali bermain.
Hingga 45 menit penghentian waktu, “Mutiara Hitam” tetap menolak melanjutkan pertandingan. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid pun harus turun ke lapangan dan meminta keterangan dari wasit. Namun, tetap tidak ada keputusan dari sang pengadil.
Beberapa menit kemudian, Gubernur Sumatera Selatan Alex Nurdin pun turun dari bangku penonton. Di lapangan, Alex mengimbau agar para suporter khususnya pendukung Sriwijaya FC untuk tidak melakukan keonaran usai pertandingan.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi TVOne, Nurdin menyatakan kekecewaannya terhadap aksi mogok Persipura. Namun, ia juga memahami perasaan “Mutiara Hitam” yang merasa dirugikan oleh keputusan wasit. “Saya berikan waktu 15 menit (kepada Persipura untuk melanjutkan laga), kalau tidak ya peraturan harus ditegakkan,” tegasnya.
Setelah lebih dari satu jam penghentian, wasit memutuskan Sriwijaya FC sebagai pemenang.

Susunan pemain:
Sriwijaya FC: Ferry Rutinsulu; Charis Yulianto, Joel Tsimi, Ambrizal, Christian Warobay (Gerald Pangkali 40), Toni Sucipto; Zah Rahan, M. Nasuha, Obiora; Keith Kayamba, Ngon A Djam.
Persipura: Jendry Pitoy; Jack Komboy, Bhio Paulin, Igbonefo, Ricardo Salampessy; Eduard Ivakdalam, Imanuel Wanggai, David Da Rocha (Stevie Bonsapia 57), Ian Kabes; Boaz Sollosa, Ernest Jeremiah.

Sumber: Kompas.com

Saturday, June 27, 2009

Diskursus Seks Di Antara Filsafat Dan Sastra

Filsafat dapat diucapkan lewat sastra, sementara sastra itu sendiri sekaligus dapat bertindak sebagai filsafat. Dalam perkembangan karya sastra sendiri dari zaman Balai Pustaka sampai sekarang, pemakaian filsafat dalam karya sastra berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perbedaan lingkungan sosialnya dan perkembangan zaman. Kita tahu sebelum pecah perang dunia ke-II, gaung filsafat dalam karya sastra masih sangat kurang. Namun setelah tahun 1960-an, riak-riak Eksistensialisme dan Absurdisme menjamur memenuhi novel-novel Iwan Simatupang, bahkan sampai sekarang, gema filsafat dalam karya sastra masih ada dan akan terus terasa. Terpengaruh dari pengarang-pengarang filsafat, Albert Camus dan Jean Paul-Sartre pasca perang dunia ke-II.

Para sastrawan di Indonesia mulai menggali eksistensialisme yang ada dalam dirinya. Salah satu unsur penting dalam eksistensialisme adalah filsafat ketakutan seperti yang ditunjukkan oleh Mochtar Lubis dalam novelnya yang berjudul Jalan Tak Ada Ujung (1952). Eksplorasi tentang ketakutan, tentang hakekat ketakutan, mewarnai karya-karyanya. Walau dalam novel ini Mochtar Lubis mengutip kata-kata dari Jules Romantis, mengenai makna akan ketakutan. Mochtar Lubis tetap dijadikan pioner dalam filsafat sastra di Indonesia.
Muncul kemudian yang namanya allienisme dan absurditas. Allienisme merupakan perasaan kesendirian yang tiba-tiba muncul dalam diri seseorang ketika orang itu berada di keramaian. Hubungan dengan tetangga dan yang tidak begitu akrab karena sibuk pada pekerjaan atau pikiran masing-masing juga merupakan pengejawantahannya.
Contoh novel yang terdapat unsur Allienisme adalah novel-novel milik Iwan Simatupang, Putu Wijaya, Kuntowijoyo dan lain-lain. Absurdisme juga dianggap sebagai simpul eksistensialisme. Pada hakekatnya pengertian dari absurdisme adalah betapa tidak “bermaknanya” kehidupan kita. Landasan pemikiran tentang wacana absurdisme yang dikemukakan pertama kali oleh Albert Camus adalah sebuah mitologi Yunani kuno tentang Sisipus. Pada saat mendorong batu ke atas Sisipus merasa bahagia karena menggangap kehidupannya kini bermakna. Setelah sampai puncak bukit dan kemudian mengelinding kembali ke bawah, dia mendorongnya kembali keatas bukit. Demikianlah pekerjaan Sisipus terus menerus, sama halnya perjalanan kita. Perkembangan sastra pun menjadi bermacam-macam, antara lain berbentuk karya sastra anti logika, anti plot, anti perwatakan dan lain sebagainya. Absurdisme dalam karya sastra dapat kita temukan pada karya Iwan Simatupang, Putu Wijaya, Kuntowijoyo, Danarto, Yulius Sriaranamual. Absurdisme makin menjadi mantap tatkala, kita sering melihat kesemrawutan dalam realitas kehidupan kita. Awal Millenium, muncul novel-novel yang juga menganut aliran seperti ini. Supernova karya Dewi Lestari; Larung, Saman milik Ayu Utami. Ke-absurd-an penceritaan dan plot yang meloncat-loncat menjadikan karya-karya mereka mampu menambah khasanah kesastraan di Indonesia. Gunawan Mohamad berpendapat mengenai muatan seks dalam karya sastra; ada tiga sikap dalam karya sastra Indonesia tehadap persoalan seks dan penggambaran seks. Pertama, karya-karya yang berusaha mempersoalkan seks tetapi tidak berani menggambarkannya, karya-karya yang dalam istilah Harry Aveling memperlakukan persoalan seks itu sebagai ”mawar berduri.” Kedua, karya-karya yang mempersoalkan seks dan menggambarkannya dengan cara ”meneriakkannya dengan keras-keras.” Karya-karya yang demikianlah yang mungkin digolongkan sebagai karya-karya ”pornografis”, yang menggambarkan peristiwa erotis secara eksplisit. Ketiga, karya-karya yang mempersoalkan seks sebagai bagian dari kehidupan manusia yang wajar dan menggambarkannya secara wajar pula, antara lain seperti yang tersirat dalam cerpen-cerpen awal Umar Kayam dan puisi-puisi Sitor Situmorang. Sejarah mencatat bahwa kontroversi atas terbitnya sebuah karya sastra lebih sering karena faktor ketidak siapan masyarakat bersangkutan (sebagai pembaca) atau birokrat (Penguasa Politis, Spiritual, Moral) dalam menghadapi ekspresi individu yang bertentangan dengan tata nilai kolektif. Seabad silam ketika Gustava Flaubert di Prancis menerbitkan sebuah buku yang berjudul Madame Bovary, banyak orang tersentak karena karya sastra itu dengan terbuka menyerang Hipokrisi kelakuan seks kaum elite masyarakatnya. Dalam novel itu bercerita tentang perselingkuhan istri lelaki terhormat Emma Bovary yang justru menemukan kebahagiaan di luar pernikahannya dengan berselingkuh dengan tukang kebun suaminya. Merupakan sebuah tamparan telak bagi sebuah konstruksi mapan dan tak menghendaki kritikan. Itu pula yang terjadi di sini dengan belenggu karya Armijn Pane (1940), yang kemudian menjadi perdebatan diantara para penelaah sastra. Merunut sejarah munculnya karya sastra yang bermuatan seks, adalah ketika pada ujung 1960-an hingga awal 1970-an terjadi revolusi seks di Amerika Serikat sebagai reaksi atas perang yang terus dikobarkan di mana-mana (Korea, Vietnam) oleh generasi tua mereka yang berpandangan patriarkis, di mana keterbukaan seks menjadi senjata kaum muda untuk memberontak dan rasa takut pada maut (“Make love, not war!”), sejumlah nama sastrawan-sastrawan muncul sebagai ikon.
Salah satunya, Anais Nin (1903-1977) seorang perempuan keturunan Prancis yang punya talenta tinggi dalam menggarap novel dan cerpen dengan muatan seksualitas secara ekplisit. Di ujung usianya namanya dikukuhkan menjadi ikon feminis dan penulis garda depan di negerinya seiring pergerakan zaman. Dalam pengantar kumpulan buku kumpulan cerita erotisnya, Delta of Venus: Erotica (1969), Nin berpendapat bahwa yang dilakukannya adalah mencoba menulis kan aspek seksualitas perempuan dari sudut pandang dan penghayatan perempuan sendiri, bukan seksualitas perempuan dari kacamata lelaki. Dari kacamata inilah kemudian Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, dan Herlinatiens memuat seks pada karya-karya mereka. Mungkin bukan hanya sekadar seks yang mereka coba vokalkan, melainkan juga unsur politis, terutama kebijakan pemerintahan yang masih menganut militerisme dan segala kekuasaan patriarkis. Dengan ke-absurd-an penceritaan tentunya.

Mungkin pada zaman Balai Pustaka saat itu kesemrawutan ada pada unsur instrinsiknya masih belum sepenuhnya terjadi. Pada masa itu alur, perwatakan dan logika penceritaan masih bisa kita nalar dan mengalir secara linier, hingga memudahkan kita dalam mengikuti cerita. Ini bisa kita lihat pada novel-novel Azab dan Sengsara karangan Merari Siregar (1920), Siti Nurbaya karangan Marah Rusli (1922) dan Salah Asuhan karangan Abdul Muis (1928). Pemuatan unsur seks pun belum merebak, karena pada zaman itu pengaruh feodalisme masih kuat mengakar di masyarakat. Ada sebuah hal baru juga yang mengebrak dalam penciptaan karya sastra pada awal lahirnya Balai Pustaka. Yaitu, sebuah pengembanggan baru tentang wawasan penciptaan karya sastra oleh Merari Siregar dalam novelnya Azab dan Sengsara. Dalam novel itu tidak lagi terikat dengan sastra lama. Ini bisa dilihat dengan settingnya yang keluar dari main stream istana sentris, mulai meninggalkan wacana hikayat, tokohnya merefleksikan keangkuhan dari lingkungan rakyat, temanya adalah perjuangan manusia sehari-hari bukan lagi realitas dongeng. Pada awal masa Pujangga Baru tahun 1930-an. Pengembangan unsur-unsur intrinsik masih belum berbeda jauh dengan Balai Pustaka. Walaupun begitu, Belenggu karya Armijn Pane merupakan revolusi terhadap novel-novel yang dibarui oleh Azab dan Sengsara, Siti Nurbaya atas individualisme yang memenuhi kriteria estetik dalam karya itu. Pada tahun 1950-an terjadi perpecahan dalam hal pemikiran mengenai karya sastra. Pemikiran antara sastra Humanis Universal diwakili oleh kelompok Manifes Kebudayaan dengan sastra Proletar (Realisme Sosialis) diwakili Lekra. Manifes Kebudayaan mengginginkan untuk dapat disandingkan dengan Manifesto Politik Republik Indonesia. Namun hal ini ditolak oleh Bung Karno, karena Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai pancaran Pancasila tidak mungkin didampingi dengan manifesto-manifesto lain, apalagi kalau manifesto itu sudah menunjukkan sikap apatis terhadap revolusi dan memberi kesan berdiri sendiri. Pada bangsa yang heterogen, kita seperti berpijak pada dua dunia yang saling berhubungan, dan tidak mungkin kita pisahkan-pisahkan—sub-kebudayaan kita masing-masing di lain pihak kebudayaan bangsa Indonesia seluruhnya. Baik sadar atau tidak sadar, kita sering dihadapkan pada kerinduan kita akan makna arkitipal, rindu akan sub kebudayaan yang telah melahirkan, membesarkan dan mendoktrin hidup kita masing-masing. Linus Suryadi A.G, Y.B Mangunwijaya, Umar Kayam, Ahmad Tohari, Darmanto Yatman dan lain-lain pada tahun 1970 sampai dengan tahun 1980, dalam kerinduan arkitipalnya masing-masing telah menggali kebudayaan Jawa dalam karya-karyanya. Polarisasi masyarakat Indonesia juga akan mempengaruhi sastra. Warna lokal akan tumbuh sejalan dengan makin terasanya polarisasi. Apakah nantinya karya sastra semacam ini akan dimasukkan dalam dalam sastra nasional atau daerah yang berbahasakan Nasional, tentunya tergantung pada pada mutu karya sastra itu sendiri. Tumbuh suburnya sastra sufi akhir-akhir ini, seperti misal sastra transendental, juga merupakan pengejawantahan kerinduan akan arkitipal. Namun juga terdapat misi tersembunyi bagi sebagian pengarangnya, yaitu sebagai penyeimbang karya-karya sastra yang sarat akan muatan seks yang kemudian dianggap tabu oleh sebagian orang. Sekaligus sebagai solusi dekadensi moral yang semakin semrawut di Indonesia. Taufik Ismail dan Danarto, yang masih aktif berjuang di jalan ini, mengharapkan kelak negerinya akan terkurangi dari polusi kemerosotan akhlak dan membangun kembali nilai luhur budaya masyarakat yang sekarang mulai runtuh.



Friday, June 26, 2009

INTERLUDE DIBAWAH LANGIT TERNATE

Hampir Dua atau 3 pekan lalu kegelapan meyelimuti Utara-Selatan Kota Ternate, rasa itu menyelusup hingga kedalam kepekatan malam berbaur dengan rhytme keterasingan tatkala keakuan luruh pada symponi lampu-lampu jalan dengan rinai yang terus berkejaran didepan Hotel Amara hingga meretas jauh di balik pungung bukit pelangi. Dimensi ruang dan waktu lebih temaknai ketika disini. Ya! Disini dalam keangkuhan sesaat puncak Kalamata yang sempat menoreh hikayat keangkuhan sejarah jalur-jalur suteranya. Lintasan kesadaran itu menyentakku pada cerita seorang kawan dalam hidupnya yang begitu sigap mengukur jalan dengan profesinya sebagai tukang ojek.

Pada malam yang terbalut dengan kesepian dan kedinginan yang saling memagut kesendiriannya. Ada hentakkan music yang cenderung hingar bingar dari balik kaca Ray Ben sedan Yaris dengan cekikikan yang menggoda dari pemilik suara-suara manja dua orang remaja yang seolah paradoks dengan nuansa malam saat itu. Entah dengan satu skenario yang memang sudah direncakan Tuhan, akhirnya dua pasang sejoli yang kontras secara usia itu tepaksa harus bertemu dengan kawanku, sebab Yaris dalam tunggangan mereka harus ngadat ditengah kegelapan malam dengan rinai dan sepi yang masih membalut malam.
Pertanyaan kemudian apa gerangan dengan cuaca yang kurang bersahabat pada malam itu, justru kedua gadis manis itu tetap saja menggelayut manja dalam dekapan dua lelaki dewasa yang sepintas terlihat lebih pantas menjadi om atau bapak mereka.

Atau memang benar bahwa itu adalah kedua orang tua mereka, akh.. terlalu instan rasanya untuk menilai atau jangan sampai pada suudzon yang tak berkesudahan. Lupakan dan kembali pada hati yang selalu bersih untuk tidak berpikir yang macam-macam. Meskipun sikap yang mereka tampakkan ada kemanjaan yang tak biasa terlalu mendustai kenyataan dengan bahasa tubuh yang terlihat.

Monday, June 15, 2009

TANYA-JAWAB SOAL RISIKO BEROPINI DI BLOG, MILIS DAN MEDIA ONLINE


Satrio Arismunandar

Apa sesungguhnya yang paling berbahaya bagi netter jika mereka mengeluarkan opini atau curhat atau komplain di dunia maya?

Bahayanya, sekali kita menulis sesuatu di dunia maya, tulisan itu seperti punya nyawa sendiri. Ia lepas dari kontrol kita dan kita tak bisa menariknya lagi. Orang lain bisa mem-forward opini itu ke mana-mana tanpa bisa kita halangi. Bahkan orang itu bisa mengubah isi opini kita, mendramatisasi, menambahkan sesuatu, menghapus bagian tertentu, dan sebagainya. Bagi orang lain yang menerima pesan itu, mereka tahunya kita adalah penulisnya.

Jika curhat/komplain itu hanya berupa lampiasan emosi belaka, apakah juga bisa dituntut secara hukum?Apakah tidak ada hal untuk membela diri bahwa saat itu kita sedang dalam kondisi emosi, sama seperti orang yang membunuh karena emosi kan ada peringanan hukuman?

Opini tertulis saya kira berbeda dengan reaksi spontan, seperti ketika orang sedang marah atau kalap. Jika kita diserang orang dengan pisau, secara refleks kita bisa menangkis atau balas memukul untuk membela diri. Tetapi menulis opini butuh waktu cukup lama, sehingga dalih reaksi spontan (refleks) itu menurut saya sulit dipertahankan di pengadilan. Tulisan, seperti juga karya jurnalistik, akhirnya akan dinilai dari fakta dan data yang terkandung di dalamnya,

seberapa jauh data itu memang bisa dipertanggungjawabkan atau dibuktikan kebenarannya. Maka, apakah kita sedang emosi ataupun tidak, kita tetap harus berhati-hati ketika menulis sesuatu yang akan dibaca oleh banyak orang di dunia maya.




Tayangan “Termehek-mehek”, ternyata bohong…

Program televisi Termehek-Mehek membohongi penonton, karena tidak seluruh tayangan berdasarkan realitas, kata Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI), Fetty Fajriati Misbach.

“Mereka bilang itu reality show, padahal bukan. Itu membohongi masyarakat,” kata dia usai sosialisasi hasil pemantauan KPI di Batam, Kamis (11/6).

Menurut dia, tayangan Termehek-Mehek tidak sepenuhnya kisah nyata, karena telah dibumbui. Seharusnya, tim program Termehek-Mehek jujur dengan menyebut Termehek-Mehek sebagai drama reality, bukan reality show.Selain itu, pemberitahuan di akhir acara yang kira-kira berbunyi: ‘Tayangan ini telah mendapatkan persetujuan semua pihak yang terlibat’, juga bukti pembohongan, kata Fetty.“Dengan tulisan itu, seolah-olah ini tayangan nyata,” kata dia.Di tempat yang sama, perwakilan Trans Coorporation, Panca, mengakui Termehek-Mehek tidak murni kisah nyata, melainkan drama reality.“Dari awal, kita maunya drama reality, tapi AC Nielsen tidak memiliki genre itu,” kata dia.

Ia menduga pengkotakan reality show untuk Termehek-Mehek akan menjadi masalah. Sementara itu, Wakil Ketua KPI Daerah Kepulauan Riau, Aulia Indriaty, mengatakan perbedaan antara reality show dengan drama reality pada fakta.
“Reality show masuk dalam tayangan non fiksi. Sedangkan drama reality masuk pada fiksi,” kata dia.Pada drama reality, kata dia, sebuah kenyataan bisa didramatisir sehingga menghibur. Sedangkan tayangan non fiksi harus murni kenyataan, tanpa rekayasa. “Reality show tanpa skenario, drama reality dijalankan sesuai naskah,” kata dia.

Sumber : Kapanlagi

Jadwal Lengkap Siaran Langsung Piala Konfederasi FIFA 2009

Group A

14 June
16:00 South Africa vs Iraq
20:30 New Zealand vs Spain

17 June
16:00 Spanyol vs Iraq
20.30 South Africa vs New Zealand

20 June
16:00 Iraq vs New Zealand
20.30 Spanyol vs South Africa



Group B
15 June
16:00 Brazil vs Egypt
20:30 United States vs Italy

18 June
16:30 United States vs Brazil
20:30 Egypt Vs Italy

21 June
16:30 Italy vs Brazil
20:30 Egypt vs United States


Semifinal 24 & 25 June 20:30

Final 28 June 20:30



Friday, June 12, 2009

PENGANTAR KEARAH FILSAFAT


Oleh
Syahyunan Pora, S.Fil


Mengenai penyakit pikiran, untuk melawannya filsafat menyediakan Obat,
Oleh karenanya layak diperhitungkan suatu pengobatan pikiran
(Epicurus)


Pengantar kepada Filsafat ini dianggap perlu diberikan, karena pengetahuan filsafat memang memerlukan filsafat, tidak berbeda dengan pengetahuan hukum yang memerlukan pengantar Ilmu hukum, Ilmu Pendidikan memerlukan pengantar Ilmu Pendidikan, dan sterusnya. Didalam pengantar setiap jenis pengetahuan biasanya diuraikan sekurang-kurangnya definisi pengetahuan, objek pembahasan metode penelitian dan struktur pengetahuan tersebut.
a. Pengertian Filsafat
Hatta mengemukakan bahwa pengertian apa filsafat itu lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu. (Hatta:1966:1:3), nanti bila orang telah banyak membaca atau mempelajari filsafat, orang itu akan mengerti dengan sendirinya, barulah ia maklum apa filsafat itu menurut konotasi filsafat yang ditangkapnya. Langeveld juga berpendapat demikian, katanya setelah orang berfilsafat sendiri barulah ia maklum apa filsafat itu. dan makin dalam ia berfilsafat, akan makin ia mengerti apa filsafat itu. (lavengeld:1961:9) pendapat Hatta dan Langeveld itu benar, akan tetapi pengertian filsafat telah banyak coba didevinisikan oleh sejumlah tokoh yang gandrung akan filsafat atau para filsuf itu sendiri . Poedjawijatna (1974:1) mendevinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segal sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang meliputi kebenaran asli, dan bagi Aristoteles filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung didalamnya metafisika, logika, retorika , ekonomi, politik dan estetika. Dan bagi Al Farabi bahwa filsafat ialah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Pythagoras adalah orang yang mula-mula mengunakan kata filsafat, ia memebrikan devinisi filsafat sebagai The For Wisdom.(Ahmad Tafsir
b. Faktor-faktor yang mendorong Munculnya Filsafat..
Orang-orang Yunani yang mula-mula sekali berfilsafat di barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban. Ketakjuban menyaksikan keindahan dan kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan mengetahuinya.
Plato mengatakan bahwa filsafat dimulai dari ketakjuban. Sikap heran atau takjub itu lahir dalam bentuk bertanya. Pertanyaan itu memerlukan jawaban. Bila pemikir menemukan jawaban, jawaban itu dipertanyakan lagi, karena ia selalu sangsi pada kebenaran yang ditemukannya. Patric (Mulder:1966:44-5) mengatakan, manakala keheranan mereka menjadi serius dan penyelidikan menjadi sistematis, mereka tanpa sadar telah menjadi filosof. Sartre (Beerling:1966:8) mengatakan bahwa kesadaran pada manusia ialah bertanya yang sebenar-benarnya. Pada bertanya itulah manusia berada dalam kesadaran yang sebenar-benarnya. Akan tetapi, hendaklah perlu segera dicatat bahwa pertanyaan yang dapat menimbulkan filsafat bukanlah pertanyaan yang semberangan. Pertanyaan yang dangkal seperti ”apa rasa gula” dapat dijawab oleh lidah, pertanyaan ”pada tahun keberapa biasanya cengkih itu berbuah” tidak akan menimbulkan filsafat. riset dapat menjawab pertanyaan ini.


Pertanyaan yang mendalam yang Ultimate yang bobotnya berat itulah yang akan menimbulkan filsafat bila jawabannya diberikan secara serius. Cobalah jawab pertanyaan Thales ”What is the Nature of World Stuff” apa sebenarnya yang mendasari bahan semesta ini?, indera tidak dapat menjawabnya, sains juga terdiam. Filsuf dapat menjawabnya. Thales menjawab Air. Namun begitu, jawaban ”air” itu sebenarnya belumlah memuaskan , tetapi Thales mendasari jawabannya dengan dasar yang lumayan. Katanya ”Water is The Basic Principle of the Universe”. Prinsip dasar alam semesta adalah air. Jadi pertanyaan itulah yang sekiranya dapat memunculkan filsafat. Pada zaman modern ini penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian. Apa sangsi itu? Sangsi itu setingkat dibawah percaya dan setingkat diatas percaya. Bila manusia menghadapi suatu pernyataan, ia mungkin percaya dan mungkin tidak percaya, akan tetapi, ia mungkin juga percaya tidak dan tidak percaya juga tidak, tidak ada masalah. Selama ada tanda Tanya dalam pikiran, jalan pikiran itu membentur-bentur. Bagi gilsuf pertanyaan itu menggelisahkan, menggangu. Pertanyaan yang membentur dalam pikiran itu dalam bahasa Yunani disebut dengan “Problema” yang menunjukan sesuatu yang ditaruh didepan, merintangi perjalanan kita, harus disingkirkan agar tidak merintangi perjalanan kaki. (Beerling:1966:10). Sangsi9 sduah pasti menimbulkan pertanyaan. Pertanyaan menyebabkan pikiran bekerja. Pikiran bekerja menimbulkan filsafat. Jadi, ingin tahu itulah pada dasarnya yang menyebabkan munculnya filsafat. Ingin tahu dahulunya disebabkan oleh dongeng dan keheranan pada kebesaran alam.; pada zaman modern ingin tahu timbul karena sangsi. Ingin tahu muncul dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan menimbulkan filsafat. Jika demikian mengapa ada orang yang kurang senang pada orang yang senang bertanya?, bertanya tetang dirinya , tentang Tuhan, tentang pengangguran tentang fungsi DPR atau Calon Legislatif tentang hak-hak rakyat kecil dan sebagainya.
c. Kedudukan Filsafat Pada Saat ini
Dalam sebagian besar dalam sejarahnya filsafat selalu membahas problema sehari-hari situasi manusiawi; akan tetapi dalam beberapa dasar warsa terakhir banyak ahli filsafat dibarat mengarahkan hamper seluruh perhatian mereka kepada sejarah filsafat atau pembahasan tentang istilah dan bahasa untuk dipakai untuk memaparkan fikiran-fikiran. Pengetahuan tentang istilah dan bentuk serta pemakaian bahasa adalah penting, akan tetapi kita tidak boleh menggunakan pengkajian tentang “alat” (instrument) seperti logika, semantic, analisa linguistic, untuk mengganti penelitian tentang problema yang pokok, yakni problema filsafat yang langgeng. Karena ahli filsafat sudah berpaling dari dunia sementara filsafat itu sendiri melampaui realitas alam ide, maka dunia tidak lagi meminta pengarahan kepada filsafat dalam menghadapi problema-problema baru yang mendesak. Disinilah kadang filsafat mendapati dirinya terpojok dalam ruang yang tersendiri. Bahkan tidak sedikit yang menganggap filsafat membingungkan, bahkan kerap filsafat dianggap kerap membuat rumit ide-ide yang sederhana.
Pekerjaan (profesi) filsafat tidak selalu mempunyai arti yang sempit dan special seperti sekarang ini, dimana filsafat masih diusung pada tema-tema yang melangit dan tidak membumi. Pad zaman Yunani pada keadaan yang sebaliknya. Yang buka disiplin teoritis yang special yang dinamakan filsafat, akan tetapi suatu cara hidup yang kongkrit (a concrete way of life). Suatu pandangan yang total tentang manusia dan alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Filsafat pada zaman modern ini seharusnya diarahkan pada soal hidup dan mati; filsafat merupakan jiwa yang mencari keselamatan. Namun kadang kenyataan yang ada berkata lain ketika kini kesan yang ditampakkan bahwa pendorong untuk mempelajari filsafat bagi seorang mahasiswa yang berasal dari kultur timur adalah sangat berbeda dengan pandangan seorang mahasiswa yang dating dari kultur Barat. Mahasiswa yang dating dari kultur Timur mencari jawaban tentang dunia yang kalang kabut dimana ia hidup. Sebab banyak yang menjadi tidak puas konsepsi analitik dari filsafat. mereka bertanya ”Jika Filsafat yang berarti penjelasan (klarifikasi), apakah ia berhak menduduki tempat yang biasa dimilikinya dalam pendidikan liberal? Pertanyaan tersebut mengandung arti: “Jika analisa kata-kata adalah satu-satunya tugas filsafat, maka filsafat akan bunuh diri.
d. Mengapa Kita Memerlukan Filsafat
Manusia telah melampaui loncatan-loncatan Raksasa dalam bidang sains tekhnologi, pertanian, kedokteran, ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Dalam abad ini khususnya kita menyaksikan kemajuan pengetahuan manusia, ruang dan waktu lebih singkat, lebih mudah memiliki kenikamatan hidup (comfort). Perkembangan zaman mesin (Age Of Automation) jelas akan menghilangkan kelelahan jasmani, menambah produksi dan mengurangi jam kerja, kemampuan untuk menguasai sumber-sumber energi dari atom, matahari dan ombak laut serta angin akan menjelmakan dalam kehidupan kita perubahan-perubahan yang di luar khayalan kita. Akan tetapi disamping kemajuan yang menakjubkan itu, banyak pemikir yang resah dan gelisah. Mereka memikirkan situasi dimana kekuatan fisik kita, serta pengetahuan ilmiah dan kekayaan kita berada dalam keadaan kontras (bertentangan) dengan kegagalan pemerintahan dan individualis atau perorangan dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupan dari segi intelektual dan moral. Pengetahuan menjadi terpisah dari nilai’ juga pamer kekuatan yang besar dengan tanpa kebijaksanaan.
Kejadian-kejadian yang memasuki mellenium baru akhir-akhir ini menunjukan bahwa ada kesalahan-kesalahan dalam cara mengurus urusan manusia. Manusia telah memperoleh kekuatan yang besar dalam sains dan tekhnologi tetapi sangat sering menggunakan kekuatan-kekuatan itu untuk maksud yang destruktif, manusia telah memperluas jangkauan dan kuantitas pengetahuan tetapi belum dapat mendekati ideal-idela individualitas dan realisasi diri (Self Realitation) manusia telah menemukan untuk cara kemanan dan kenikmatan. Pada waktu yang sama mereka tidak aman dan merasa risau oleh karena mereka tidak yakin akan arti kehidupan dan tidak tahu arah mana yang akan mereka pilih dalam kehidupan itu. abad 21 berbeda dengan abad sebelumnya dengan adanya perang ide disamping perang manusia, material dan kepentingan-kepentingan nasional yang saling bertentangan dalam konteks ini jika tidak berlebihan kita bisa mengambil contoh dengan kebijakan pemerintah dengan menekan naiknya harga BBM namun solusi yang ditawarkan oleh pemerintah kemudian adalah solusi BLT yang bahkan kurang atau tidak tepat sasran.
Filsafat-filsafat yang tidak dapat dikompromikan berlomba-lomba mencari penganut. Pada permulaan abad ini perbedaan antara kehidupan dalam tekhnologi atau sains atau pendidikan umum. Perbedaan itu adalah dalam ide-ide dasar, ideal dan loyalitas dengan cara yang mirip, komunisme telah melemparkan tantangan-tantangan terhadap kepercayaan dan ideal kita serta memperkeras perjuangan fikiran dan hati manusia. Tajuk rencana dalam tiap media massa, makalah-makalah, buku-buku, film dan komentator televisi bersatu dalam mengajak kita untuk meluruskan arah masyarakat. Mereka merasa bahwa kita hanyut tanpa kepemimpinan moraldn intelektual. Sudah jelas bahwa zaman kita adalah zaman yang penuh dengan ketidak seimbangan sosial dan personal. Kita tidak tahu bagaimana membentuk masyarakat yang murni dan yang akan memebri kepuasan dan harapan bagi anggota-anggotanya. Pada waktu yang sama kita menuntut untuk ”mengurus kepentingan kita sendiri” kemudian kita menyesalkan ”usaha kita untuk mendapatkan kesepian” (loneliness). Kebudayaan kita telah sering di diagnosa, sementara mereka yang melakukan diagnosa itu pandai dalam memebritahukan ciri-ciri berbagai penyakit. Akan tetapi jarang yang mengusulkan obatnya. Yang disetujui oleh kebanyakan ahli kritik adalah bahwa sudah tiba saatnya untuk melakukan perubahan.
Perubahan dalam adat kebiasaan dan sejarah biasanya dimulai dengan adanya sekelompok orang yang yakin akan nilai sesuatu ideal atau yang tertarik oleh pandangan cara hidup yang lain. Setelah abad pertengahan banyak orang mulai memikirkan cara hidup yang didasarkan atas keyakinan bahwa hidup di dunia ini, pada dasarnya perlu untuk dihayati. Dalam arti yang sangat luas, keyakinan semacam itu telah memungkinkan terjadinya renaisans. William Baret dalam bukunya yang berjudul ”The Illusion Of Technique” mengatakan bahwa pada waktu sekarang , lebih daripada waktu yang lain dalam sejarah, kita harus menempatkan tehnik ilmiah dalam hubungan baru dengan kehidupan. Sebab apa yang telah kita katakan, masyarakat kita semakin bertambah dikuasai oleh tehnik. Tekhnologi kemanusiaan semakin bertambah dipengaruhi oleh ahli-ahli sains dan pengetahuan lain yang mengikuti aliran Behaviorism ( tidak membicarakan nilai) Barret yakin bahwa filsafat modern harus menjawab tentang tekhnik tekhnologi; kalau tidak kemanusiaan akan kehilangan tujuan, arah dan kemerdekaan. Sekarang tiap orang yang akan mengutamakan ”kemerdekaan” harus melibatkan dirinya dengan wataknya tehnik (Natur Of Technique) bidangnya dan batasan-batasannya....persoalan tehnik itu sendiri merupakan persoalan penting bagi filsafat, palagi filsafat modern yang sering terpengaruh oleh pandangan tehnik dalam menentukan sikapnya.(HM Rasjidi:1984:8)
e. Sekilas Mengenai Filsafat Diri
Setiap individu memiliki filsafat hidup, tetapi hanya sedikit yang memiliki keistimewaan atau waktu luang untuk duduk sejenak dan menguraikan pokok-pokok yang menyenangkan. Kita cenderung menggunakan filsafat hidup dalam langkah hidup kita. Pengalaman adalah guru yang terbaik, tetapi kita juga perlu menalar pengalaman tersebut. Kita perlu berpikir secara kritis, mencari pola dan meletakannya bersama-sama dalam gambar lebih besar sehingga terbentuk jalan melewati kehidupan ini. Memahami filsafat yang kita miliki dapat menolong mencegah, menyelesaikan atau mengatasi banyak masalah. Filsafat kita dapat mendasari masalah yang kita alami, jadi kita perlu mengevaluasi gagasan yang berpegangan pada keahlian pandangan yang bekerja untuk kita, bukan menentang kita. Anda dapat mengubah apa yang sudah anda percayai dengan maksud mengatasi masalah. Denngan reputasinya akhir-akhir ini, filsafat tak seharusnya mengintimidasi, menjemukan atau sukar dimengerti. Memang ada banyak tulisan filsafat jatuh pada satu atau beberapa kategori tersebut, tetapi pada intinya filsafat menguji setiap pertanyaan yang kita ajukan: ”apakah hidup yang baik?” ”apa yang baik?” ”apakah kehidupan itu?” ”mengapa saya ada?” ”mengapa saya harus bertindak benar?” ” apakah yang benar itu?” ini adalah sejumlah pertanyaan yang sekiranya dapat dijawab begitu saja atau secara gampang.
Tidak ada dua orang yang secara otomatis sampai pada jawaban yang serupa. Tetapi kita semua memiliki seperangkat prinsip yang bekerja dalam (diri) kita, mesti kita sadari atau tidak dan dapat kita jabarkan atau tidak. Perkara luar biasa mengenal pemikiran ribuan tahun adalah pemikiran tersebut mengandung kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tuntunan yang berguna bagi kita. Tapi filsafat juga bersifat personal, maksudnya anda adalah Filsuf bagi diri anda. Anda bisa belajar dari berbagai sumber, tetapi untuk sampai ke suatu pemahaman yang berguna tentang dunia, anda harus mengolah pikiran anda sendiri. Kabar baiknya adalah dengan dorongan yang tepat anda dapat berpikir secara efektif. Setelah anda mengolah pikiran secara filosofis, anda akan mendapatkan pikiran yang terbuka, mendalam, bertahan melewati apapun yang menghadang dimasa kini dan akan datang kebenaran pikiran akan anda temukan lewat kontemplasi, bukan cara medis. Hidup ini rumit dan penuh tekanan, tapi anda tak perlu menjadi bingung dan tertekan. Penyebabnya kadang kita mudah goyah saat iman atau keyakinan melemah, seperti banyak dari kita merasa agama dan Ilmu Pengetahuan tidak dapat menjawab semua pertanyaan kita. Melewati abad ini sebuah jurang lebar telah terbuka dibawah kita semenjak kemunduran iman (agama) kemajuan ilmu pengetahuan dan maknapun berakhir. Banyak dari kita yang tak melihat jurang itu hingga terjatuh kedalamnya. Filsuf-filsuf yang ada memimpin kita menjalani hal tersebut, tapi tidak membuat banyak orang keluar darinya. Kita perlu sedikit demi sedikit mengumpulkan penerapan praktis dari berbagai aliran filsafat untuk memetakan jalan keluar. Filsafat mencoba mendapatkan kembali legitimasi yang telah hilangsebagai jalan penolong untuk menelaah dunia disekeliling kita, sebab semesta ini menghadirkan misteri-misteri baru yang lebih cepat dari kemampuan agama atau ilmu pengetahuan untuk segera memecahkan teka-tekinya. Bertrand Russel menandai filsafat sebagai ”sesuatu yang menengahi tekhnologi dan sains... sebuah negeri yang tak bertuan yang terbuka untuk diserang dari kedua sisi”.
Filsafat dapat mengambil kekuatan tanpa harus menyerap dogma atau kelemahan dari keduanya. Artikel atau bahan materi yang sengaja dibuat ini semata untuk keperluan bahan ajar atau materi acuan di sejumlah lintas prodi ataupun universitas yang mendapatkan materi kuliah Filsafat ataupun Pengantar Filsafat, atau bisa juga dasar-dasar filsafat. Saya menyadari betapa rumit memberikan materi kuliah filsafat tanpa ada sebuah pegangan sebagai acuan tulisan disamping lisan yang kerap kali menjadi masukan bagi saya, karena sebagian mahasiswa saya menganggap materi filsafat yang mereka dapatkan terlalu abstrak untuk diikuti, meskipun dari sejumlah pertemuan kuliah yang sudah hampir lebih 5 tahun amanah untuk mengasuh mata kuliah ini untuk Ummu dan hampir lebih 3 tahun untuk Unkhair telah saya narasikan/ilustrasikan/menganalogikan bahkan sampai ketahap merasionalisasikan sedemikian rupa hingga filsafat sebagai sebuah pengantar ini terseret dari awang –awang kesendiriannya atau bagaimana upaya saya untuk terus membumikan tema-tema filososfis bahkan hingga sampai kedataran praktis maupun praksis dengan mengamini nilai-nilai filososfisnya dalam tindakan dan sikap saya sehari-hari dengan cara untuk tidak berkompromi dengan sikap atau pandangan sebagian mahasiswa saya yang mencoba mengeroposi nilai filososfis itu sendiri dengan pemahaman hidup mereka yang serba instan dan pragmatis.
Singkatnya menurut saya filsafat juga mempunyai tugas untuk meretas nilai luhur atau menanamkan nilai-nilai moral akan cinta pada kebijaksanaan hidup setiap orang agar yang bersangkutan tidak begitu saja memahami konsep pendidikan hanya jatuh pada kuantitas nilai-nilai akhir seperti dari apa yang mereka harapkan. Saya hanya berpikir Mahasiswa pasti bisa mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan namun cara mendapatkan dengan jalan filsafat kiranya tidak begitu mudah tanpa harus mereka dengan sadar telah berfilsafat sendiri mengenai asal maupun tujuan serta hakikat apa sebenarnya yang ingin mereka dapatkan dari status ke-Maha-siswaan mereka dengan jalan kuliah atau kembali kekampus untuk ”belajar” tentang apa yang seharusnya dipelajari.
f. Filsafat Adalah Suatu Bentuk Terapi Hanya Untuk Orang Waras
Konseling Filosofis menurut apa yang saya baca dari buku karya Lou Marinoff, ia mengatakan bahwa : Kolega saya Peter March yang seorang Kanada mengatakan bahwa sesungguhnya Filsafat adalah terapi bagi orang waras. Dalam benak Lou Marinoff definisi itu menyertakan kita semua. Sayangnya banyak psikolog dan psikiater cenderung menghakimi klien sebagai ”si sakit”. Pengobatan yang mendiagnosa setiap orang yang masuk kemudian mereka-reka sindrom atau gangguan apa yang menjadi penyebab masalah mereka. Disisi lain pemikiran new age mengajukan premis bahwa dunia (dan setiap orang didalamnya) ini sudah demiukian adanya atau sudah ditakdirkan demikian. Sementara, secara umum kita seharusnya berharap untuk diterima walau ada beragam keanehan dan cacat yang menyertai kita. Tidak ada alasan untuk melihatnya sebagai abnormal tanpa diketahui bagaimana menetukannya (kesempurnaan merupakan hal yang sekaligus juga abnormal) dan tentu tidak ada alasan untuk melihat perubahan di luar jangkauan kita. Ketika Socrates menyatakan bahwa hidup yang tidak dipertanyakan adalah hidup yang tidak berharga, ia bermaksud menyatakan evaluasi pribadi yang tetap dan berusaha keras meningkatkan diri sebagai panggilan tertinggi. Normal jika kita punya masalah dan tekanan emosi bukanlah suatu penyakit. Dunia berkembang semakin kompleks, tak perlu diberi label ”kacau” dan orang mencari jalan untuk memantau dan mengatur dunia tersebut, padahal mereka menapaki tradisi untuk sebuah hidup yang lebih bermakna. Anda akan melihat secara khusus bagaimana menerapkan filsafat saat anda menghadapi dilema moral, konflik etik profesi, kesulitan menyatukan apa yang anda alami dengan apa yang anda percayai, krisis makna, tujuan, atau pencarian nilai bagi identitas diri, pencarian strategi, kekhawatiran mengenai karir, ketidak mampuan mencapai sasaran, masalah dalam hubungan, kematian dari orang yang paling dicintai, orang akan selalu berhadapan dengan filsafat hidup mereka sendiri.(Lou Marinoff:2003:13)



Monday, June 8, 2009

SELAMATKAN PERSITER TERNATE


Setelah tidak dapat berpartisipasi pada awal liga Super Indonesia yang digulirkan pertama kali karena kondisi lapangan maupun manajemen yang belum siap mengakomodir berbagai persyaratan yang dimintakan oleh LSI. Persiter Ternate yang menjadi kebanggaan warga Ternate khususnya dan Pecinta Sepak Bola di Maluku Utara pada umumnya kini tenggelam seolah ditelan Bumi. Berbagai klub local yang ada di bawah pengda PSSI maluku Utara maupun di Ternate Sendiri sudah berulang kali mendesak pengurus untuk mendaftarkan persiter agar dapat berlaga di Divisi Utama maupun Divisi 1 seolah tidak menampakkan niat yang serius dari pengurus. Padahal Tim Kebanggaan Warga Ternate ini juga lolos Ke Liga Super saat perhelatan kasta tertinggi Sepak bola Indonesia ini pertama kali di gelar. Namun ketidak siapan dari masalah tekhnis hingga non tekhnis akhirnya dengan berat hati Persiter Ternate harus merelakkan jatah liga supernya ke Tim Pengganti antara PSIS Semarang dan PKT. hal yang sama juga dialami oleh Persmin Minahasa yang juga lolos ke Liga Super Indonesia pertama kali.

Kerinduan yang mendalam dari pendukung fanatic Persiter “SUPERMAN” (Suporter Persiter Mania) maupun paguyuban Pendukung Persiter lainnya yang hampir menyebar diseluruh Propinsi Maluku Utara dan Halmahera, telah beberapa kali mendesak pengurus agar kembali mengaktifkan Persiter seolah ditampik dengan alasan klise yaitu dana. Sementara gairah pendukung fanatic Persiter yang ada di Ternate sangat ingin sekali melihat Tim Kuning Hijau ini kembali berlaga di Stadion kebanggaanya yaitu stadion Kie Raha Ternate. Dengan kualitas pemain Persiter yang kini sudah menyebar ke berbagai klub lain seperti, Rahmat Rivai, John Tarkpor (Persitara) Fandi Mohtar, Ahmad Sembiring (Arema), Rudi Widodo, (Pelita Jaya) dan M Hamzah (Persibo) Serta Gantar Khan (Persisam) dan saat itu dibawah pelatih yang mengantarkan Persiter hingga ke Liga Super yaitu Jackson F Tiago yang kini sudah melatih Persipura. Rasanya Pengurus juga dapat membentuk tim tangguh Persiter yang baru agar dengan segera Persiter kembali dapat berlaga di Pentas Sepak Bola Nasional. Jangan hanya karena kepentingan Politik sesaat lalu memanfaatkan olah raga sebagai medianya. Termasuk dengan Kondisi miris sekarang yang sedang dialami oleh Persiter Ternate.

MAGNIFICIENT PERSITARA



Oleh
Yunan Syahpora

Grafik menanjak yang ditampilkan oleh skuad Persitara Jakarta Utara dalam laga Derby saat mengalahkan saudara tuanya Persija Jakarta, mengindikasikan tim North Jack ini tak dapat dipandang sebelah mata oleh tim-tim lain yang tinggal menyisakan laga akhir dengan Tim Si Pitung Ini. Sayangnya performa positif Persitara yang dibesut oleh Pelatih Doni Sahetapi ini terlambat membenahi diri diawal-awal putaran kedua LSI. Jika tidak, bukan tidak mungkin Persitara akan menjadi tim yang tangguh dan juga diperhitungkan oleh tim-tim Papan atas LSI lainnya seperti, Persipura, Sriwijaya FC maupun Persiwa Wamena. Kinerja tim dengan Formasi apik yang diisi oleh Prince Bello, Rahmat “Poci” Rivai serta Tarkpor John Songkaley terlihat mulai padu dalam kerja sama tim. Begitupun dengan Mustofa aji dan M.Moni yang menjadi pendobrak dari lapis kedua.
Meski bagian pertahanan yang masih masih perlu lagi dibenahi agar Dedi Mulyadi, Marzuki dan Banaken dapat meminimalisir aksi blunder yang kerap mereka lakukan. Perlu acungan jempol tersendiri juga buat penjaga Gawang Wawan Darmawan meski di laga melawan Persija ada aksi blunder dari hasil tendangan Leo Tupamahu, namun sedikitnya kesalahan itu bisa ditolerir akibat dari tidak ratanya Lapangan. Melihat performa positif laga lainnya di ajang Copa Djie Sam Soe yang sudah mengantongi nilai kemenagan saat melawan Persijap Jepara bukan tidak mungkin Persitara akan melaju hingga babak semi final.

Jika kekompakan tim masih terus terbina dilapangan. Keberhasilan kecil Persitara ini bisa dianggap lebih ditunjang oleh manajemen Tim yang terlihat familiar dengan para pemainnya. Sehingga salah satu resep untuk keberhasilan Tim ini dapat dikatakan lebih ditunjang oleh kondisi psikologis meski dari segi financial Tim ini kalah jauh dari Tim sesama Ibu kota yaitu Persija Jakarta. Sebagai Fans Persitara yang tidak berhome base di Jakarta maupun Lamongan, harapan besar Kami (Persiter Mania) Persitara dapat meraih prestasi hingga ke laga Final Copa Dji Sam Soe melawan Persipura Jayapura. BRAVO PERSITARA!!!

Saturday, June 6, 2009

REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 - 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anakdan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting.Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya.

Data yang dikumpulkan dr. Boyke Dian Nugraha, DSOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16 - 20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an angka itu berkisar 5 - 10%.Sementara itu Dra. Yulia S. Singgih Gunarsa, psikolog dan konselor di sebuah sekolah swasta di Jakarta, juga melihat fenomena banyaknya pasangan remaja yang berhubungan dengan calo jasa pengguguran kandungan di Jakarta Pusat dan penggunaan obat-obat pencegah kehamilan.Data tersebut mungkin tidak mewakili kenyataan sebenarnya, yang bisa menunjukkan angka lebih tinggi atau lebih rendah. Namun setidaknya kasus hubungan seksual pranikah itu ada hubungannya dengan hasil suatu penelitian para dokter di Jakarta. Seperti dikutip Boyke, 10 - 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang.Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada remaja yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan.

Atau, meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera setelah melakukan hubungan seksual bisa mencegah kehamilan.Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Misalnya saja, berciuman atau berenang di kolam renang yang "tercemar" sperma bisa mengakibatkan kehamilan, mimpi basah dikira mengidap penyakit kotor, kecil hati gara-gara ukuran penis kecil, sering melakukan onani bisa menimbulkan impotensi.


Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya pengguguran kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau terjangkitnya penyakit menular seksual, termasuk HIV yang kini sudah mendekam di tubuh ratusan orang di Indonesia. Bandingkan dengan temuan Marlene M. Maheu, Ph.D., psikolog yang berpraktek di Kalifornia, AS, bahwa setiap tahun terdapat 1 dari 18 gadis remaja Amerika Serikat hamil sebelum nikah dan 1 dari 5 pasien AIDS tertular HIV pada usia remaja
Dibentak ortu
Melihat kenyataan itu, pendidikan seks secara intensif sejak dini hingga masa remaja tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi mengingat, "Sebagian besar penularan AIDS terjadi melalui hubungan seksual," tegas Boyke yang juga pengasuh rubrik konsultasi seks di majalah dan radio. Kalau tidak, mereka yang kini remaja tidak bisa berbuat banyak saat memasuki usia produktif di abad XXI mendatang.Seperti dikutip Boyke, survai oleh WHO tentang pendidikan seks membuktikan, pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks sembarangan, yang berarti pula mengurangi tertularnya penyakit-penyakit akibat hubungan seks bebas.Disebutkan pula, pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak azasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan di dalamnya sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Dengan itu diharapkan angka perceraian yang berdampak kurang baik terhadap anak-anak pun dapat dikurangi.
Hanya yang jadi soal hingga kini, "Pendidikan seks di Indonesia masih mengundang kontroversi. Masih banyak anggota masyarakat yang belum menyetujui pendidikan seks di rumah maupun di sekolah," tutur dr. Gerard Paat, kolsultan keluarga RS Sint Carolus.Sekalipun untuk tujuan pendidikan, anggapan tabu untuk berbicara soal seks masih menancap dalam benak sebagian masyarakat. Akibatnya, anak-anak yang berangkat remaja jarang yang mendapat bekal pengetahuan seks yang cukup dari ortu (orang tua). Padahal tidak jarang para remaja sendiri yang berinisiatif bertanya, tapi justru sering disambut dengan "kemarahan" ortu. "Boro-boro mau ngejelasin soal seks, baru nanya sedikit aja, nyokap (ibu) sudah mbentak, 'Eh itu tabu, jangan diomongin!'" aku seorang remaja putri.Bahkan anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja rata-rata kehilangan panutan. "Orang tua yang mestinya menjadi tokoh panutan utama, justru kurang berperan karena kesibukan mereka sendiri," kata dr. Paat, yang sejak akhir tahun 1960-an memberikan penyuluhan seks di sekolah dan luar sekolah.
Film,buku,dan motel
Dampaknya tentu bisa ke mana-mana. Antara lain dalam memilih konsumsi tontonan di TV yang masih berat dengan tayangan film barat dengan budaya dan gaya hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang digambarkan dalam film ataupun video, menurut Boyke, sering kali menunjukkan kehidupan seks bebas di kalangan remaja. Tayangan serial macam Beverly Hills atau Bay Watch, Boyke menyebut contoh, dengan bintang-bintang molek dan tampan itu mudah sekali merasuk ke dalam benak remaja. Sehingga mereka bisa amat mudah meniru gaya hidup muda-mudi dalam film itu."Justru ketika informasi seperti itu tidak bisa kita hindari, peranan orang tua untuk memberikan pengertian yang benar pada anak-anak menjadi penting," tutur Boyke.Minimnya pengetahuan seks masih ditambah lagi dengan mudahnya mendapatkan prasarana untuk melakukan seks bebas seperti di motel, cottage, vila; alat kontrasepsi; lebih mudanya rata-rata gadis mendapatkan haid (9 - 11 th); serta tertundanya usia perkawinan. Semua itu juga faktor yang ikut mempengaruhi remaja melakukan kegiatan seks bebas dan kumpul kebo.Celakanya, "Remaja yang sudah terbiasa mengadakan hubungan seksual akan sulit menghentikannya," jelas Paat. Itu bukan semata-mata karena faktor ketagihan, tapi terutama akibat timbulnya persepsi bahwa melakukan hubungan seksual sudah merupakan hal biasa.Kalau itu sampai terjadi, ortu harus ikut bertanggung jawab. "Orang tualah yang seharusnya pertama-tama memberikan pengetahuan seks bagi anak-anaknya. Informasi seks dari teman, film, atau buku, yang hanya setengah-setengah tanpa pengarahan, mudah menjerumuskan. Apalagi kalau si anak tidak tahu risiko melakukan hubungan seksual pranikah," kata Boyke.Menurut Paat, pendidikan seks pasif, karena tanpa komunikasi dua arah semacam itu, sudah bisa mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang. "Dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya melihat dan mendengar sekali-dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan," katanya. Sebab itu, pendidikan seks hendaknya menjadi bagian penting dalam pendidikan di sekolah. Orang tua dan pendidik wajib meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan risiko perilaku seks yang salah.Namun, pendidikan seks di sekolah mestinya hanya pelengkap pendidikan seks di rumah. Bukan justru menjadi yang utama seperti terjadi selama ini, kendati pendidikan seks di sekolah, menurut beberapa pengamat tadi, masih belum optimal.


FILOSOFI G-STRING DAN JEANS KETAT ( You Are, Is What You Wearing ?)

By
Yunan Syahpora

Pada satu sesi kuliah umum beberapa tahun yang lalu ketika masih di UGM, Antropolog UGM, Almarhum Masri Singarimbun dalam refleksinya dari sebuah penelitian yang kemudian diterbitkan menjadi buku “Renungan dari Yogya”, menaruh iba kepada remaja-remaja kita yang kini hidup dalam fase abad manusia yang seolah diperbudak oleh peradaban hanya karena sebuah tuntutan modernisasi ataupun globalisasi, yang menciptakan humanisme global yang kering akan nilai-nilai spritualisme dan religius.

Satu sisi remaja (Putri/Cewek=maaf jika terdengar sangat Patriarkal) kita dituntut selalu kukuh dan patuh dengan aturan norma agama maupun sosial yang ada, namun dilain sisi tekhnologi dan kebudayaan merangsang pola pikir dan gaya hidup para remaja untuk selalu permisiv terhadap nilai-nilai globalisasi yang mengaburkan batas nilai antara norma moral dan agama itu sendiri. Adagium yang terdengar kemudian seperti ‘You Are What You Wearing’ (Engkau adalah, apa yang engkau kenakan) menjadi slogan kapitalis yang bisa dikatakan sebagai sebuah penafsiran karakter dari remaja yang dianggap “gaul” dan remaja yang tidak gaul. Karakter maupun perilaku para remaja kini terjebak dalam Jiwa Westernism namun diklaim sebagai yang modernis dan gaulis. Akumulasi finansial dari pendapatan ekonomi tiap individu tidak lagi menjadi penting jika “You are is What You Wearing” ini seolah menjadi filosofi tersendiri bagi mereka.

Bagaimana tidak, jika komunitas mereka bertingkah sesuai dengan pola pikir diatas yang kemudian memapankan slogan tersebut sebagai sebuah status yang menjadi symbol kelas sosial atas. Sementara wujud pengetahuan yang diserap oleh indrawi (mata) tidak menjamin secara sumber daya manusianya yang dimiliki telah siap dengan berbagai konsekuensi atas keyakinan pandangan hidup mereka yang “you are what you wearing” itu.

Jelasnya lagi kesan kekayaan seseorang tidak selalu tampak dari apa yang ia miliki namun citra kekayaan itu sendiri kini lebih mengarah pada apa yang ia kenakan. Sehingga “Coming From Up Middle Class” (datang dari kelas menengah keatas) harus berbeda dengan yang lainnya menjadi mutlak dan tidak membutuhkan posisi tawar. perbedaan itu tidak selalu tampak pada perilaku atau pola pikir yang dewasa, namun cenderung lebih mengarah pada gaya hidup yang stylish, fashionable ataupun funky maupun sejumlah ungkapan-ungkapan “gaul” lainnya yang berdimensi kapitalis. Kesan akan ketidak siapan mental ataupun sumberdaya para remaja ini dapat dilihat dari konsumsi mereka dibidang fashion (pakaian). Dan ini pemetaannya mungkin lebih sederhana terwakili oleh para remaja yang datang dari Negara-negara dunia ketiga atau Negara-negara yang sedang berkembang (Development Country). Pada ranah yang lebih sempit jika ditarik secara kasuitik pada negara kita. Maka daerah-daerah yang sedang berkembang ini selalu menyita perhatian serius untuk selalu diperhatikan, tidak hanya di bidang pemerintahan ataupun social kemasyarakatan melainkan juga Masalah budaya termasuk dalam segi hal berpakaian.

Sehingga tidak mengherankan pada beberepa waktu lalu Presiden SBY sempat melontarkan himbauan moral bagi public figure (para selebrity) agar selalu mengenakan busana yang sepantasnya ketika sedang menjadi pusat perhatian. Namun kemudian himbauan ini diteruskan oleh media tidak hanya berlaku bagi kalangan artis namun semua warga masyarakat Indonesia yang nota bene masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya adat ketimuran. Sementara pada peradaban dunia barat eksploitasi tubuh (pada wanita maupun pria) lebih dilihat sebagai ungkapan keindahan dengan maksud dan arti indah dalam perspektif SENI, meski masih bermulti tafsir dan ambigu dalam menganalisa sejauh mana batasan antara istilah seni dan sesuatu yang berbau vulgar atau yang bernuansa porno namun tetap tak bisa dipungkiri eksploitasi tubuh melalui produk-produk fashion yang ada sekarang ini, selalu menjadi asset sekaligus industri yang laris manis bak pisang goreng. Sehingga pada point penting pada pertanyaan yang akan dikedepankan adalah : Siapkah para remaja putri kita asal menggunakan pakaian yang mengusung tema-tema fashionable dan gaul tanpa memandang adat ataupun budaya ketimuran kita? Atau sudah siapkah mentalitas mereka yang dengan secara sadar mengekploitasi tubuh mereka secara sengaja dengan cara berbusana ala “You Can See”?. Saya cuma takut dengan busana (celana jeans maupun kaos ketat yang semakin pas-pasan ditubuh, termasuk Underwear ketat yang berjenis G-String) yang mereka kenakan justru memperbudak mereka. Karena selalu membatasi gerak-gerik mereka dalam melakukan tiap aktifitas, sedikit-sedikit tangannya selalu menarik kaos ketat yang pendek itu ketika dalam keadaan sementara duduk, entah itu diatas kenderaan bermotor ataupun sedang duduk santai dimanapun juga. Padahal sesungguhnya makna busana yang ia kenakan itu sebenarnya memang ingin mengeksploitasi sisi lain dari bentuk tubuh yang menurut kaca mata barat adalah keindahan yang patut diperlihatkan sekalian dengan Underwearnya yang ia kenakan. Sehingga bagaimana jika seorang gadis hanya mengenakan underwear (CD-nya) yang bisa dikatakan apa adanya tanpa melihat segi estetis dari CD itu, maksudnya dengan tali karetnya yang sudah molor sana-sini ataupun kata seorang temen cewek CD yang dikenakan oleh Cewek itu pantasnya dipakai oleh ibu-ibu. Entah rasionalisasi alasan apa yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga teman cewek itu harus mengklasifikasi mana CD yang pantas dipakai oleh Kaum Cewek dan mana CD yang pantas dipakai oleh para Ibu rumah tangga(bahkan ibu rumah tangga kini pun amat teliti dengan busana apa yang pantas ia kenakan termasuk sudah berapa banyak CD seksi koleksi mereka). Yang jelas mungkin penampilan cewek itu dari luar tampilannya begitu seksi serta serasi dengan busana yang ia kenakan tidak berbeda jauh dengan para Abg-abg Metro di Kota besar lainnya di Tanah air. Sayangnya terkadang apa yang mereka (Kaum Cewek) kenakan didalam (CD) terasa kontras atau tidak berimbang dengan tampilannya yang dilihat dari luar. Sebegitu pentingkah nilai sebuah busana yang dikenakan oleh seorang cewek ? Sehingga perlu sebuah analisa tentang “Engkau adalah ,Apa yang engkau kenakan itu” menutup postingan yang rada nyeleneh ini, lagi lagi teringat ketika saat di yogya beberapa tahun lalu, Forum Diskusi Filsafat kecil-kecilan di kampus pernah mengangkat topik seberapa jauh hubungan antara perilaku wanita dengan busana pakaian dalam (CD+Bra) yang dikenakan setiap kaum hawa ini. Pertanyaanya apakah semakin seksi underwear (G-String) yang ia kenakan bisa berbanding lurus dengan sifat genit yang ia tampilkan? Dan bagaimana jika ada seorang cewek yang mengenakan Jilbab disaat bersamaan juga memerkan CD G-string yang ia kenakan yang tanpa ia sadari menyembul sedikit tanpa ia sengaja. Bisakah juga ini dapat merubah cara pandang kaum lelaki terhadap para cewek (termasuk yang mengenakan Jilbab) dalam mengenakan underwear mereka yang seksi? Juga bagaimana jika busana jilbab yang mestinya menutupi aurat itu justru terumbar dengan ketatnya Jeans dan kaos yang membungkus lekuk-lekuk tubuh para gadis itu yang justru tercetak dengan jelas.

TEATRIKAL JALANAN ANAK SASTRA UNKHAIR

By Yunan Syahpora

Sebenarnya moment dari sejumlah foto anak-anak SKETSA (Sanggar Kreasi Teater Sastra-Unkhair Ternate) yang sempat mementaskan teatrikal jalanan ini dilakukan sudah beberapa waktu yang lalu. Kemudian ada masukan dari seorang Teman kepada saya untuk memposting artikel ini beserta dengan beberapa foto yang kalau tidak salah pada posting sebelumnya pada blog ini juga pernah saya tampilkan dengan judul “Jalan-Jalan Ke Maitara. Itu juga merupakan rangkaian dari latihan terbuka teater sketsa bersama Matahati. Menimpali dengan sedikit aktivitas Mahasiswa yang menurut salah seorang senior mereka yang sekarang menjadi staf pengajar di sastra juga, bahwa aktifitas Mahasiswa dalam bentuk organisasi-organisasai yang ada di Fak sastra kini jauh berbeda kualitasnya dengan keanggotaan organisasi ketika semasanya. Lebih

lanjut menurut Mamat yang pernah beberapa kali mengikuti kegiatan yang menyangkut aktifitas kemahasiswaan berskala nasional. Menimpali bahwa kreatifitas anak-anak semasanya tumbuh subur sesuai dengan pengembangan minat dan bakat yang dimiliki oleh tiap mahasiswa sastra saat itu. B.E.M sebagai wadah organisasi pun turut mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa tersebut bahkan mensupport apapun kegiatan yang dilakukan oleh bidang-bidang kegiatan yang ada ataupun yang diluar dari Organisasi B.E.M. sehingga ketika ada masyarakat luar kampus yang bicara mengenai kreatifitas Mahasiswa, mengenai tarian, teater, parody, bahkan kerja sama dengan institusi pemerintah menyangkut dengan bidang-bidang sejarah maka Mahasiswa Fakultas Sastra Unkhairlah yang sebagai Ikon-nya.

Dan mereka tidak terjebak dengan politik praktis Mahasiswa meski pada saat itu Organisas-organisai kepemudaan (HMI,PMII,KAMMI maupun sebagian Mahasiswa yang mengakomodir kegiatan aktifitasnya pada Lembaga Dakwah Kampuspun selalu intens dengan siraman rohani mereka, apalagi disaat berhubungan dengan hari-hari besar agama. Namun apa yang terjadi pada aktifitas dan kreatifitas Mahasiswa dalam wadah organisasi di Fak. Sastra sekarang?. Ketika pada suatu kesempatan, kami sedang melakukan obrolan santai sembari basa-basi yang tidak ilmiah serta debat kusir yang sedikit terkesan sok idealis dan moralis (biar gak kalah dengan yang mengklaim diri sebagai aktivis dan Pakar dibidang tertentu).

Hampir senada para senior itu yang juga rata-rata jebolan sarjana sastra ini merasa prihatin dengan lembaga organisasi mahasiswa kini yang lebih bernuansa Politis.

Bahkan hingga ke organisasi kemahasiswaannyapun dipoles seolah menjadi kelompok para demonstran yang tak tahu tingkat idealismenya sampai dimana.

Kelompok organisasi dari Mahasiswa yang ada kini meski ada pembinaan minat dan bakat namun terkesan primodial atau terkotak-kotak. Bahkan tak urung mental kadernyapun demikian. Kegiatan berkesusasteraan dan berkesenianpun dilakukan hanya saat-saat tertentu kalau tidak pada masa-masa Ospek atau biasanya (entah) inisiatif dari mana kegiatan yang katanya sosialisasi Fakultaslah yang selalu diminati, karena mungkin ada Jalan-jalannya. Kelompok Band Anak-anak sastra inggris yang pernah sekali mangkal di tempat saya untuk menunggu antrian sewa studiopun sekarang sudak tidak aktif lagi. Grup tarian yang ada di Sastra sekarang ini, menurut Sang Alumni pun sifatnya dadakan atau tergantung pada kegiatan, jika ada hajatan tertentu, baru grup tarian itu dibentuk padahal semasa Mahasiswa dulu, Sang Alumni menimpali bahwa Sastra pernah memiliki Grup Tarian yang handal, juga Grup Teater yang sempat melakukan pementasan Hingga di Kampus Sastra Unsrat Manado. Begitupun pada Grup Tarian Fak. sastra yang sering dipakai dalam acara-acara resmi kedaerahan. Bahkan ada satu-dua personilnya yang diboyong untuk bergabung dengan Kelompok Tarian Daerah hingga melakukan perjalanan kedaerah-daerah di sejumlah Kota Besar Di Indonesia dalam rangka festival keraton se-Indonesia. Mungkin setiap era memeliki zamannya sendiri-sendiri tapi minimal tuntutan perubahan ke arah yang lebih baik serta progresif bahkan revolusioner menjadi sesuatu yang sunattullah. Jelasnyanya Para Kader dari tiap mahasiswa yang tergabung dalam organisasi mahasiswa yang ada saat itu khususnya yang berada dibawah naungan Fakultas Sastra Unkhair saat itu bisa dibilang cukup mobile dan mempunyai jaringan yang luas. Sementara sekarang? Saya Cuma merasa geli pada sesuatu yang tidak lucu jika organisasi Kemahasiswaan di Sastra ini lama-kelamaan di poles menjadi kelompok organisasi Demonstran yang hanya berteriak wacana-wacana usang dan recehan sementara jika memilih Aktivis yang bisa dianggap kritis dan progresiv, maka pastilah isu-isu menyangkut tentang BHP, Kenaikan BBM, Byar-petnya Lampu listrik PLN sekiranya juga menjadi wacana yang menjadi isu untuk didengung-dengungkan juga dikampus. Tetapi ini justru isu sentral yang krusial jarang atau bahkan dapat dibilang sangat minim diangkat oleh para Mahasiswa yang mengklaim diri sebagai aktivis itu.

Friday, June 5, 2009

EMPAT PENDEKATAN KEARAH BIDANG FILSAFAT

Berbagai cara untuk dapat memahami Ilmu Filsafat sudah banyak diuraikan dengan berbagai langkah pula. Ada yang menempuh dengan cara otodidak untuk belajar menguasai filsafat melalui buku-buku yang membahas mengenai filsafat itu sendiri. Dan adapula dengan berusaha memahami lewat jalan diskusi ataupun membahas karya-karya para Filsuf itu melalui hasil buah pikir para filsuf itu sendiri ataupun dari tulisan orang biasa (pemula) namun begitu berminat dan gandrung dengan tema-tema filsafat.
Dalam bukunya Doni Gahral Adian, menyoal objektivisme ilmu pengetahuan ketika seorang pemula memasuki dunia filsafat berarti ia memasuki suatu ranah yang demikian memesona sekaligus menantang dengan puluhan filsuf beserta pemimkirannya masing-masing. Untuk menyelaminya diperlukan pemahan tentang berbagai pendekatan yang bisa dilakukan.(Doni Gahral Adian:2002:3) untuk itulah dengan acuan empat pendekatan tersebut diharapkan dapat mengantar para pemula yang ingin mempelajari filsafat lebih jauh. Dari buku menyoal objektivisme Ilmu Pengetahuan sedikitnya juga Doni telah meletakan dasar untuk memahami filsafat dengan mudah dan praktis untuk dipelajari. Meskipun pembagian untuk masuk ke arah bidang filsafat versi buku menyoal objektivisme ilmu pengetahuan masih sedikit rumit untuk dipetakan. Dengan pertimbangan itu, maka selaku dosen yang mengasuh mata kuliah filsafat ini, ada semacam tanggung jawab moral untuk membumikan filsafat dari pemaham instan bahwa filsafat melulu mengkaji tentang ide-ide yang melangit.
Untuk itulah materi kuliah yang banyak mengharapkan partisipasi mahasiswa dalam tiap pertemuan kuliah filsafat ini dengan sengaja saya mereview kembali dalam bentuk catatan pendukung bagi Mahasiswa yang sementara menempuh mata kuliah filsafat terutama di Fisip Jurusan Ilmu Administrasi Negara maupun Jurusan di Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Ummu (Universitas Muhammadiyah Maluku Utara). Dengan harapan dari catatan pendukung hasil resume dari setiap pertemuan kuliah filsafat ini dapat lebih mudah dipahami selain dari metode dialogis yang selalu saya coba dan berupaya untuk menerapkannya dalam tiap kesempatan mengajar mata kuliah filsafat.


a. Pendekatan Secara Devinisi

Istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata Falsafah (Arab), Philosophy (Inggris), Philosophia (Latin), Philosphie (Jerman, Belanda , Prancis). Semua istilah itu bersumber dari Yunani Philosophia, yang secara etimologi terdiri dari dua kata: “Philein” yang berarti “mencintai” atau juga “Philos” yang berarti “Teman”, sementara “Sophia(n)” yang berarti “Kebijaksanaan” atau bisa juga “Sophos” yang berarti “Kebijaksanaan”. Jadi kedua istilah diatas secara etimologis itu dapat diartikan dengan secara sederhana bahwa Filsafat adalah "Mencintai akan kebijaksanaan hidup" atau
" Mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana". (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM:2001:18) Namun tak lepas dari istilah filsafat secara etimologis diatas itu, filsafat juga mempunyai pengertian tentang Pandangan Hidup dan Proses berfikir. Dari sudut pandangan sejarah filsafat Barat kecenderungan pengertian filsafat lebih mengarah pada proses berfikir sementara pada filsafat Timur lebih mengarah pada pengertian pandangan hidup. Misalkan untuk menarik sebuah pemahaman tentang pengertian filsafat jika dilihat dari sebuah contoh "Falasafah Bangsa Indonesia adalah Pancasila" cukup jelas dari konteks diatas jika kita ingin menarik sebuah kesimpulan dari kata "falsafah”, maka maksud dari falsafah disini adalah merupakan bagian dari pengertian "Pandangan Hidup" sehingga lengkapnya adalah "Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah Pancasila. Tentu pada konteks filsafat/falsafah yang mengarah pada "Proses Berpikir" pun akan dengan sendirinya mengikuti konteks kalimat yang menjadi pernyataan, "filsafat seperti apa yang anda yakini sehinga anda mengambil jalan hidup seperti itu”, maka kata Filsafat dalam konteks ini lebih mengarah pada pengertian ”Proses berpikir” sehingga dengan jelas dapat disimpulkan dalam kalimat bahwa "Proses Berpikir seperti apa yang anda yakini sehingga anda mengambil jalan hidup seperti itu". demikianlah Filsafat arti yang merujuk dari pengertian kata tersebut tergantung dari konteks kalimat yang tersusun, sehingga pada saat tertentu pengertian filsafat yang mengarah pada maksud pandangan hidup ataupun proses berpikir menjadi analisa sesuai konteks yang dimaksud.
Secara keseluruhan inti dari pengertian filsafat adalah usaha rasional manusia untuk mencapai sebuah kebenaran tertinggi sesuai dengan rasa cinta yang terarah pada kebijaksanaan hidup manusia itu sendiri. Sementara Hatta mengemukakan bahwa pengertian apa filsafat itu lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti orang telah banyak membaca atau mempelajari filsafat, orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konotasi filsafat yang ditangkapnya. (Hatta:I:3). Poedjawijatna menefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. (1974:11). Plato menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, sementara Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung didalamnya Metafisika, logika, retorika, ekonomi politik, estetika dan bahasa. Bagi Al Farabi filsafat ialah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Sementara orang yang mula-mula menggunakan kata filsafat adalah Pythagoras.
Sama halnya dengan Bertrand Russel yang juga memberikan devinisi dari pengertian filsafat berbeda dengan para filsuf yang lain. Menurutnya bahwa filsafat adalah “The attempt to answer ultimate question critically” (Park:1960:3). Dari berbagai macam perbedaan dari devinisi pengertian filsafat menurut Abu Bakar Atjeh (1970:9) disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada Para filsuf karma perbendan keyakinan hidup yang dianut oleh mereka. Disamping itu perebedaan filsafat itu muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri.(Ahmad Tafsir:1990:9)

b. Pendekatan Secara Sejarah

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan sejarah, dimana peminat filsafat atau mahasiswa yang ingin mempelajari filsafat lebih jauh diarahkan untuk memetakan menurut sudut pandang sejarah filsafat yang dari awal pemunculannya sekitar abad 4 S.M dan lebih bernuansa pada pola pikir kebudayaan timur hingga ke sejarah filsafat dewasa ini. Sejarah filsafat secara konvensional dapat dibagi menjadi tiga periode. Yunani Kuno, Skolastik dan Modern. Namun jauh sebelum datangnya pemikiran yang terjastifikasi menurut logika Yunani yang kemudian disebut sebagai Ilmu Filsafat atau Mother of Science. Benih filsafat telah tumubuh subur sebagai bentuk dari pola pikir kebudayaan Timur. Belahan Dunia timur diyakini turut memberikan khazanah sebagai sumber dari ilmu filsafat. Abad 4. S.M. diantaranya dari pola piker kebudayaan Timur yang datang dari kebudayaan Arab atau Mesir dan Timur tengah secara keseluruhan , Cina, India dan termasuk pola pikir dari berbagai kebudayaan di Nusantara.
Evolusi ilmu yang bersumber dari pola pikir kebudayaan Timur dapat dirunut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Babilonia, Mesir, Cina, Timur Tengah (Peradaban Islam ) (abad 15-7 S.M) dan kemudian menyebar ke ke Eropah melalui Yunani. Termasuk berbagai macam pengetahuan tentang pengobatan (Alternative atau herbal menurut sains Modern) sudah lama menjadi tradisi pengobatan bagi bangsa Arab maupun India dan Cina, disamping tradisi ilmu pengetahuan matematika atau ilmu ukur yang sudah lama menjadi kebanggaan Bangsa Arab dengan implikasi keilmuan mereka didapatkan dari struktur rancang bangun sebuah Piramid. Selain itu zaman pra Yunani Kuno yang lebih mendasarkan kebudayaan mitologis atau pra logis sebagai sandaran pengetahuan sekitar abad 6 S.M, sementara pada abad 5 S.M peralatan Besi sebagai alat perang sudah dikenal oleh Bangsa Cina pada abad itu disaat zaman dinasti Chin. Warisan pengetahuan berdasarkan Know How yang dilandasi pengalaman empirik merupakan salah satu ciri pada zaman ini. Setelah tahun 15.000 S.M manusia sudah mulai meninggalkan tulisan yang membicarakan sendiri peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu, sehingga zaman ini sudah dinamakan masa Sejarah.
Banyak peristiwa yang mengandung nilai pengetahuan dan pemikiran pada saat itu dan merupakan hasil dari pola pikir kebudayaan timur yang banyak didapatkan dari nukilan dalam bentuk gambar-gambar (ini termasuk juga mewakili seni mengambar tubuh atau Tatto) yang banyak ditemukan di gua-gua. Selain itu banyak peristiwa juga yang dgambarkan dalam huruf atau tanda tertentu, seperti pada tulisan kanji yang berasal dari kebudayaan Jepang. Jika pada masa sekarang kita selalu menaruh kiblat ke Eropa sebagai sentral atau gudang Ilmu pengetahuan, maka dalam sejarah pemikiran Ilmu terbukti bahwa sumbangsih dunia timur yang baru bagi kemajuan ilmu pengetahuan hingga saat ini sangatlah besar. Banyak penemuan yang terjadi di dunia Timur baru dikembangkan belakangan di Dunia Barat. Namun perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu pada peradaban Yunani. Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu yang disusun disini mulai dari Peradaban Yunani Kuno hingga Modern. Kemudian sejarah pengetahuan manusia mengenai beragam ilmupun menjadi berubah dimana rumpun Ilmus-ilmu sosial mencakup bidang Politik, Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Budaya, seni dan lain sebagainya.
Begitupun klasifikasi dari rumpun Ilmu Pengetahuan alam terdiri dari Fisika, Biologi, Kimia, Matematika, geologi, astronomi geografi dan lain sebagainya. Saat yang bersamaan setelah terjadi revolusi sains yang beriring dengan Masa Renaisans sekitar abad 16 hingga 17 terjadi dekonstruksi yang tidak hanya terkait dengan cara pandang masyarakat terhadap budaya dan kehidupan sosial masyarakatnya, melainkan pemikiran tentang ilmu pengetahuanpun tak pelak dari dekonstruksi pemikiran manusia. Semisal nilai falsafah yang terkandung dalam pola pikiran kebudayaan India mengenai ungkapan perasaan cinta yang tertuang dalam kitab Kamasutra-nya, dikonstruksi demi kepentingan industrial dan pragmatis sehingga kesan yang tertuang pada Kitab Kamasutra itu sendiri hanya terkesan pada tekhnik-tekhnik Bercinta semata ketimbang nilai akan hakikat cinta itu sendiri. Pada ranah politik ”Ahimsa dan Swastika” (Cinta Damai dan Anti Kekerasan) menjadi filsafat politik yang mengarahkan kehidupan Masyarakat India dalam hidup bernegara dan bermasyarakat. Sementara pada Fengshui dan Hongshui yang didapat dari pola pikir kebudayaan Cina, selain dari kepercayaan mereka terhadap Tao yang mengatur tata hidup Orang-orang cina Fengshui dan Hongshui merupakan ajaran tersendiri yang melandasi sumber-sumber rejeki atau pendapatan dari cara hidup yang seharusnya di jalankan sesuai dengan kepatuhan mereka terhadap keselarasan alam.


BASTIONG TALANGAME

By
YUNAN SYACHPORA

Teringat masa kecil dipantai ini era awal 80-an Bastiong menjadi tempat favorit untuk berpelesiran bersama dengan keluarga. Hiruk pikuk suara gembira anak-anak menyatu dengan kebersamaan warga kota yang hamper sebagaian tumplek-plek di pantai ini untuk mandi-mandi (batobo, kata orang Ternate)).
Bastiong yang kini sudah menjadi dua kelurahan seiring dengan pemekaran yang memang menjadi tuntutan keadaan saat ini. Bastiong Talangame dan Bastiong Karance. Gambar yang diambil beberapa hari yang lalu ini, disaat hari minggu pagi sesaat setelah sunrise merekah disepanjang ufuk timur. Tampak lengang di sekitar dermaga tempat Kapal Motor laut khusus yang mencari ikan. Sementara tampak diseberang sana yang berjarak sekitar 100-an meter geliat kesibukan Motor penumpang yang beroperasi melayani para penumpangnya yang tidak hanya ke Tidore melainkan ke hampir seluruh penjuru Halmahera sudah mulai beraktifitas sejak subuh dini hari.
Keadaan pantai Bastiong Talangame kini sudah semakin jarang menjadi tempat batobo (pemandian sambil berenang-renang kecil) bagi para warga kota Ternate seperti 30-an tahun yang lalu. Meski pada hari minggu masih ada yang mandi-mandi (batobo) di Pantai ini namun relatif sedikit. Untuk mengobati kerinduan teman-teman yang mungkin pernah mandi ditempat ini ketika masa kecilnya dulu. Ada beberapa gambar yang saya sertai pada postingan kali ini. Banyak sebenarnya untuk saling berbagi mengenai cerita sejarah Bastiong, yang tidak bisa tidak untuk diperhatikan sebab ketika merunut gilang gemilang sejarah Ternate dengan kerajaan Moloku Kierahanya sekitar abad ke 17 dan 18 atau bahkan pada abad-abad sebelumnya. Bastiong yang dulu lebih dikenal orang dengan sebutan Talangame ini pun mempunyai peranan sejarah yang cukup penting bagi Ternate Masa lalu.Beberapa literatur sejarah mengenai kedatangan bangsa eropah yang pertama kali menginjakkan kakinya di Ranah Al Mulk (Ternate & Pulau-pulau sekitar yang juga mempunyai hubungan sejarah Kerajaan dengan kerajaan Ternate ) yaitu Bangsa Portugis.
Mudah-mudahan kalau tidak lupa, saya akan berupaya mengangkat tema ini pada postingan berikut yang bercerita tentang Talangame atau Bastiong kini. Juga seberapa pentingkah Pemkot Ternate sudah atau akan berencana memperhatikan cagar budaya maupun situs-situs sejarah yang ada hubungannya dengan peranan Ternate masa lalu dalam hal ini salah satunya adalah Bandar Talangame atau Bastiong. Hal ini bisa dianggap sebagai bagian dari pentingnya rasa peduli kita terhadap situs-situs sejarah, termasuk sebuah Benteng peninggalan yaitu Talangame, yang lokasinya berada dibagian selatan Hotel Ayu Lestari yang kini hanya tinggal reruntuhannya saja.

Seorang kawan yang datang jauh-jauh dari Jawa, yang masih menyisakan rasa takjubnya ketika membaca betapa kolosalnya sejarah Ternate dari buku-buku sejarah yang berliteratur asing maupun nasional, dimana Talangame selalu menjadi entry point ketika membuka lembar-lembar awal sejarah Kerajaan Ternate. Namun ketika ia sendiri menyempatkan diri untuk jauh-jauh datang ke Ternate Justru keadaannya kini berbeda seratus 80 derajat. Kisah heroisme yang menceritakan pendaratan pertama bangsa bangsa asing yang menginjakkan kakinya di Bumi Kie Raha ini. Atau membayangkan ilustrasi sejarah dengan begitu sibuk dan lalu-lalangnya armada-armada laut kerajaan waktu itu dalam buku Ikan-Ikan Hiu Ido Homa karangan Amarhum Mangunwijaya yang diolah dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gaby Guraci. Disertai pula dengan perlengkapan armada laut Kerajaan Ternate yang canggih pada saat itu, maka tidak salah kemudian dalam sebuah tulisan dengan judul Ternate Bandar Jalur Sutera (yang juga pernah diterbitkan oleh Iintas dengan judul buku yang sama dan yang didalamnya memuat beberapa kumpulan tulisan) kesannya seolah ,,jika kita dapat menangkap maksud dari tulisannya Dr Uka Tjandrasasmita yang menggambarkan Ternate dengan hiruk pikuk kegemilangan sejarah masa lalu lebih berkesan pada Bandar laut dan ciri Kota pelabuhan yang selalu ramai didatangi ataupun menjadi pusat transformasi ekonomi, politik maupun sejarah. Dalam Bandar ataupun Kota Pelabuhan itu apakah tujuannya lebih bermaksud pada peranan Talangame yang juga dalam beberapa buku sejarah kerajaan Moloku Kieraha pernah menyinggung peranan Talangame sebagai Bandarnya Jalur Sutera. Ataukah..? Talangame tidak termasuk bagian dari bandar besar yang pada waktu itu kerap memberi kesan bahwa Kerajaan Ternate dengan Bandarnya adalah Kota Pelabuhan yang relatif mengalami perkembangan yang pesat saat-saat abad-abad ke-14 hingga ke-16. Akhirnya saya pun bertanya-tanya dalam hati, kemudian membandingkan dengan sedikit tempat bersejarah yang pernah saya kunjungi di beberapa tempat di Bumi Nusantara ini. Semuanya selalu memberikan penjelasan atau sedikitnya ada aura kesejarahan pada sebuah tempat yang memang mengandung nilai sejarahnya ketika kita berkesempatan mengunjungi atau memasuki tempat itu. sehingga mungkin akan lebih jelas ketika suatu saat (entah kapan) ada sebuah Tugu atau Prasasti yang juga bisa difungsikan sebagai mercusuar sejarah dengan gagah berdiri kokoh di sekitar Pantai Talangame (Bastiong Kini) sebagai tanda atau prasasti yang tertulis dengan beberapa kalimat seperti : " Di sepanjang pantai ini pernah disinggahi atau (bahkan) menginjakan kaki mereka pertama kali Di Ternate, Sir Wallace, Antonio Calvao, Ibnu Batutah (Misalnya jika memang Ya) atau benar-benar terjadi dengan telah dibuktikan melalui sebuah penelitian yang juga benar-benar valid tingkat keilmiahannya) Para Pesiar Agama (Islam maupun Kristen) Tabib Cina atau bahkan jika mungkin Cheng Ho, misalnya) dan Raja-Raja Jawa atau Para Walisongo." Namun untuk merealisasikannya itu, saya pikir butuh sebuah pertimbangan dan penelitian yang mendalam, sama dengan mulai digiatkannya studi lapangan Pemprov Maluku Utara mengenai rencana pembangunan Jembatan Raya yang menghubungkan Ternate dengan Pulau-pulau lain yang ada di Halmahera.
Mungkin Mega-proyeknya Suramadu antara surabaya dan madura akan menjadi percontohan bagi Maluku Utara dengan Mega Proyeknya Testera. Mudah-mudahan..Upaya Megaproyek Jembatan Testera ini tidak seperti wacana Kereta Api lintas Halmahera yang pernah tercetus beberapa waktu lalu yang kemudian menuai kritikan dari berbagai kalangan entah karena tidak didasarkan oleh suatu pertimbangan yang matang ataukah hanya sekedar wacana yang membuat istilah Orang ternate dengan ungkapan ”Surga Telinga” meski akhirnya usulan pembangunan Rel maupun rencana pengadaan Kereta Api di lintas Halmahera akhirnya entah kemana perginya...Nah sekarang ada lagi yang baru, kita masyarakat awam hanya bisa melihat dan menunggu, mengenai pembangunan Megaproyek Jembatan Testera ini. Jika nanti memang lebih banyak manfaatnya ketimbang mudharatnya dan juga ditopang oleh dana yang tidak semata atau bahkan tidak sama sekali bersumber dari APBD (Dengar-dengar dari Bank Dunia) serta dari hasil studi maupun pemikiran yang benar-benar matang maka mari sama-sama sebagai warga Moloku Kieraha harus mendukungnya juga. Sehingga Land Mark Ternate sebagai Kota Sejarah dan Budaya yang coba disimpulkan dalam filosofi ma’jang tentu tidak hanya pada segi fisiknya saja melainkan juga pada dimensi nilai filosofis yang terkandung pada symbol maupun tanda yang akan selalu mengingatkan kita pada nilai-nilai luhur budaya bangsa. Termasuk Pada Tugu Talangame. Semoga......

Wednesday, June 3, 2009

Mabes Polri Tunggu Laporan KDRT Manohara Pinot

Kapanlagi.com - Mabes Polri masih menunggu laporan resmi kasus dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap Manohara Odelia Pinot oleh suaminya, Pangeran Negara Bagian Kelantan, Malaysia, Tengku Muhammad Fakhry.
"Dari laporan itulah, polisi akan mengetahui kejadian yang sebenarnya sebelum melakukan langkah-langkah berikutnya," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Abubakar Nataprawira di Jakarta, Selasa (21/4).Menurut dia, jika KDRT itu terjadi di wilayah Indonesia maka Polri akan menindaklanjuti kasus tersebut dengan memproses sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia."Namun ada kendala jika kejadiannya berada di Malaysia, karena terlapor belum tentu mau datang ke Indonesia.

Malaysia tentu saja tidak mau begitu saja menyerahkan terlapor, karena Indonesia dan Malaysia belum punya perjanjian ekstradisi," ujarnya.Bila KDRT itu terjadi di Malaysia, menurut Abubakar, maka kasus tersebut diproses sesuai dengan hukum negara itu oleh kepolisian di sana. "Polri tidak bisa ikut campur jika kejadiannya di sana. Bila terjadi demikian, maka korban dapat melapor ke Departemen Luar Negeri," katanya.


Sementara itu, oleh Departemen Luar Negeri, laporan itu akan diteruskan ke pemerintah Malaysia. Abubakar mengatakan, Polri baru mengetahui kasus itu sebatas dari pemberitaan di media massa dan belum ada keterangan dari pihak-pihak yang terkait, termasuk dari keluarga Manohara sebagai pihak yang mengungkap awal kasus ini."Makanya, Polri akan melihat dulu duduk perkaranya. Media massa kan ada yang bilang bahwa dia disekap di sini tapi ada juga yang mengatakan diperlakukan kasar di Malaysia," katanya.Sebelumnya, ibu Manohara, Daisy Fajria mengatakan bahwa putrinya yang pernah menjadi model di Indonesia telah mengalami KRDT oleh suaminya. (kpl/bar)