Friday, June 5, 2009

EMPAT PENDEKATAN KEARAH BIDANG FILSAFAT

Berbagai cara untuk dapat memahami Ilmu Filsafat sudah banyak diuraikan dengan berbagai langkah pula. Ada yang menempuh dengan cara otodidak untuk belajar menguasai filsafat melalui buku-buku yang membahas mengenai filsafat itu sendiri. Dan adapula dengan berusaha memahami lewat jalan diskusi ataupun membahas karya-karya para Filsuf itu melalui hasil buah pikir para filsuf itu sendiri ataupun dari tulisan orang biasa (pemula) namun begitu berminat dan gandrung dengan tema-tema filsafat.
Dalam bukunya Doni Gahral Adian, menyoal objektivisme ilmu pengetahuan ketika seorang pemula memasuki dunia filsafat berarti ia memasuki suatu ranah yang demikian memesona sekaligus menantang dengan puluhan filsuf beserta pemimkirannya masing-masing. Untuk menyelaminya diperlukan pemahan tentang berbagai pendekatan yang bisa dilakukan.(Doni Gahral Adian:2002:3) untuk itulah dengan acuan empat pendekatan tersebut diharapkan dapat mengantar para pemula yang ingin mempelajari filsafat lebih jauh. Dari buku menyoal objektivisme Ilmu Pengetahuan sedikitnya juga Doni telah meletakan dasar untuk memahami filsafat dengan mudah dan praktis untuk dipelajari. Meskipun pembagian untuk masuk ke arah bidang filsafat versi buku menyoal objektivisme ilmu pengetahuan masih sedikit rumit untuk dipetakan. Dengan pertimbangan itu, maka selaku dosen yang mengasuh mata kuliah filsafat ini, ada semacam tanggung jawab moral untuk membumikan filsafat dari pemaham instan bahwa filsafat melulu mengkaji tentang ide-ide yang melangit.
Untuk itulah materi kuliah yang banyak mengharapkan partisipasi mahasiswa dalam tiap pertemuan kuliah filsafat ini dengan sengaja saya mereview kembali dalam bentuk catatan pendukung bagi Mahasiswa yang sementara menempuh mata kuliah filsafat terutama di Fisip Jurusan Ilmu Administrasi Negara maupun Jurusan di Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Ummu (Universitas Muhammadiyah Maluku Utara). Dengan harapan dari catatan pendukung hasil resume dari setiap pertemuan kuliah filsafat ini dapat lebih mudah dipahami selain dari metode dialogis yang selalu saya coba dan berupaya untuk menerapkannya dalam tiap kesempatan mengajar mata kuliah filsafat.


a. Pendekatan Secara Devinisi

Istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata Falsafah (Arab), Philosophy (Inggris), Philosophia (Latin), Philosphie (Jerman, Belanda , Prancis). Semua istilah itu bersumber dari Yunani Philosophia, yang secara etimologi terdiri dari dua kata: “Philein” yang berarti “mencintai” atau juga “Philos” yang berarti “Teman”, sementara “Sophia(n)” yang berarti “Kebijaksanaan” atau bisa juga “Sophos” yang berarti “Kebijaksanaan”. Jadi kedua istilah diatas secara etimologis itu dapat diartikan dengan secara sederhana bahwa Filsafat adalah "Mencintai akan kebijaksanaan hidup" atau
" Mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana". (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM:2001:18) Namun tak lepas dari istilah filsafat secara etimologis diatas itu, filsafat juga mempunyai pengertian tentang Pandangan Hidup dan Proses berfikir. Dari sudut pandangan sejarah filsafat Barat kecenderungan pengertian filsafat lebih mengarah pada proses berfikir sementara pada filsafat Timur lebih mengarah pada pengertian pandangan hidup. Misalkan untuk menarik sebuah pemahaman tentang pengertian filsafat jika dilihat dari sebuah contoh "Falasafah Bangsa Indonesia adalah Pancasila" cukup jelas dari konteks diatas jika kita ingin menarik sebuah kesimpulan dari kata "falsafah”, maka maksud dari falsafah disini adalah merupakan bagian dari pengertian "Pandangan Hidup" sehingga lengkapnya adalah "Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah Pancasila. Tentu pada konteks filsafat/falsafah yang mengarah pada "Proses Berpikir" pun akan dengan sendirinya mengikuti konteks kalimat yang menjadi pernyataan, "filsafat seperti apa yang anda yakini sehinga anda mengambil jalan hidup seperti itu”, maka kata Filsafat dalam konteks ini lebih mengarah pada pengertian ”Proses berpikir” sehingga dengan jelas dapat disimpulkan dalam kalimat bahwa "Proses Berpikir seperti apa yang anda yakini sehingga anda mengambil jalan hidup seperti itu". demikianlah Filsafat arti yang merujuk dari pengertian kata tersebut tergantung dari konteks kalimat yang tersusun, sehingga pada saat tertentu pengertian filsafat yang mengarah pada maksud pandangan hidup ataupun proses berpikir menjadi analisa sesuai konteks yang dimaksud.
Secara keseluruhan inti dari pengertian filsafat adalah usaha rasional manusia untuk mencapai sebuah kebenaran tertinggi sesuai dengan rasa cinta yang terarah pada kebijaksanaan hidup manusia itu sendiri. Sementara Hatta mengemukakan bahwa pengertian apa filsafat itu lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti orang telah banyak membaca atau mempelajari filsafat, orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konotasi filsafat yang ditangkapnya. (Hatta:I:3). Poedjawijatna menefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. (1974:11). Plato menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, sementara Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung didalamnya Metafisika, logika, retorika, ekonomi politik, estetika dan bahasa. Bagi Al Farabi filsafat ialah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Sementara orang yang mula-mula menggunakan kata filsafat adalah Pythagoras.
Sama halnya dengan Bertrand Russel yang juga memberikan devinisi dari pengertian filsafat berbeda dengan para filsuf yang lain. Menurutnya bahwa filsafat adalah “The attempt to answer ultimate question critically” (Park:1960:3). Dari berbagai macam perbedaan dari devinisi pengertian filsafat menurut Abu Bakar Atjeh (1970:9) disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada Para filsuf karma perbendan keyakinan hidup yang dianut oleh mereka. Disamping itu perebedaan filsafat itu muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri.(Ahmad Tafsir:1990:9)

b. Pendekatan Secara Sejarah

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan sejarah, dimana peminat filsafat atau mahasiswa yang ingin mempelajari filsafat lebih jauh diarahkan untuk memetakan menurut sudut pandang sejarah filsafat yang dari awal pemunculannya sekitar abad 4 S.M dan lebih bernuansa pada pola pikir kebudayaan timur hingga ke sejarah filsafat dewasa ini. Sejarah filsafat secara konvensional dapat dibagi menjadi tiga periode. Yunani Kuno, Skolastik dan Modern. Namun jauh sebelum datangnya pemikiran yang terjastifikasi menurut logika Yunani yang kemudian disebut sebagai Ilmu Filsafat atau Mother of Science. Benih filsafat telah tumubuh subur sebagai bentuk dari pola pikir kebudayaan Timur. Belahan Dunia timur diyakini turut memberikan khazanah sebagai sumber dari ilmu filsafat. Abad 4. S.M. diantaranya dari pola piker kebudayaan Timur yang datang dari kebudayaan Arab atau Mesir dan Timur tengah secara keseluruhan , Cina, India dan termasuk pola pikir dari berbagai kebudayaan di Nusantara.
Evolusi ilmu yang bersumber dari pola pikir kebudayaan Timur dapat dirunut melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Babilonia, Mesir, Cina, Timur Tengah (Peradaban Islam ) (abad 15-7 S.M) dan kemudian menyebar ke ke Eropah melalui Yunani. Termasuk berbagai macam pengetahuan tentang pengobatan (Alternative atau herbal menurut sains Modern) sudah lama menjadi tradisi pengobatan bagi bangsa Arab maupun India dan Cina, disamping tradisi ilmu pengetahuan matematika atau ilmu ukur yang sudah lama menjadi kebanggaan Bangsa Arab dengan implikasi keilmuan mereka didapatkan dari struktur rancang bangun sebuah Piramid. Selain itu zaman pra Yunani Kuno yang lebih mendasarkan kebudayaan mitologis atau pra logis sebagai sandaran pengetahuan sekitar abad 6 S.M, sementara pada abad 5 S.M peralatan Besi sebagai alat perang sudah dikenal oleh Bangsa Cina pada abad itu disaat zaman dinasti Chin. Warisan pengetahuan berdasarkan Know How yang dilandasi pengalaman empirik merupakan salah satu ciri pada zaman ini. Setelah tahun 15.000 S.M manusia sudah mulai meninggalkan tulisan yang membicarakan sendiri peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu, sehingga zaman ini sudah dinamakan masa Sejarah.
Banyak peristiwa yang mengandung nilai pengetahuan dan pemikiran pada saat itu dan merupakan hasil dari pola pikir kebudayaan timur yang banyak didapatkan dari nukilan dalam bentuk gambar-gambar (ini termasuk juga mewakili seni mengambar tubuh atau Tatto) yang banyak ditemukan di gua-gua. Selain itu banyak peristiwa juga yang dgambarkan dalam huruf atau tanda tertentu, seperti pada tulisan kanji yang berasal dari kebudayaan Jepang. Jika pada masa sekarang kita selalu menaruh kiblat ke Eropa sebagai sentral atau gudang Ilmu pengetahuan, maka dalam sejarah pemikiran Ilmu terbukti bahwa sumbangsih dunia timur yang baru bagi kemajuan ilmu pengetahuan hingga saat ini sangatlah besar. Banyak penemuan yang terjadi di dunia Timur baru dikembangkan belakangan di Dunia Barat. Namun perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu pada peradaban Yunani. Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu yang disusun disini mulai dari Peradaban Yunani Kuno hingga Modern. Kemudian sejarah pengetahuan manusia mengenai beragam ilmupun menjadi berubah dimana rumpun Ilmus-ilmu sosial mencakup bidang Politik, Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Budaya, seni dan lain sebagainya.
Begitupun klasifikasi dari rumpun Ilmu Pengetahuan alam terdiri dari Fisika, Biologi, Kimia, Matematika, geologi, astronomi geografi dan lain sebagainya. Saat yang bersamaan setelah terjadi revolusi sains yang beriring dengan Masa Renaisans sekitar abad 16 hingga 17 terjadi dekonstruksi yang tidak hanya terkait dengan cara pandang masyarakat terhadap budaya dan kehidupan sosial masyarakatnya, melainkan pemikiran tentang ilmu pengetahuanpun tak pelak dari dekonstruksi pemikiran manusia. Semisal nilai falsafah yang terkandung dalam pola pikiran kebudayaan India mengenai ungkapan perasaan cinta yang tertuang dalam kitab Kamasutra-nya, dikonstruksi demi kepentingan industrial dan pragmatis sehingga kesan yang tertuang pada Kitab Kamasutra itu sendiri hanya terkesan pada tekhnik-tekhnik Bercinta semata ketimbang nilai akan hakikat cinta itu sendiri. Pada ranah politik ”Ahimsa dan Swastika” (Cinta Damai dan Anti Kekerasan) menjadi filsafat politik yang mengarahkan kehidupan Masyarakat India dalam hidup bernegara dan bermasyarakat. Sementara pada Fengshui dan Hongshui yang didapat dari pola pikir kebudayaan Cina, selain dari kepercayaan mereka terhadap Tao yang mengatur tata hidup Orang-orang cina Fengshui dan Hongshui merupakan ajaran tersendiri yang melandasi sumber-sumber rejeki atau pendapatan dari cara hidup yang seharusnya di jalankan sesuai dengan kepatuhan mereka terhadap keselarasan alam.


No comments:

Post a Comment