Saturday, June 6, 2009

TEATRIKAL JALANAN ANAK SASTRA UNKHAIR

By Yunan Syahpora

Sebenarnya moment dari sejumlah foto anak-anak SKETSA (Sanggar Kreasi Teater Sastra-Unkhair Ternate) yang sempat mementaskan teatrikal jalanan ini dilakukan sudah beberapa waktu yang lalu. Kemudian ada masukan dari seorang Teman kepada saya untuk memposting artikel ini beserta dengan beberapa foto yang kalau tidak salah pada posting sebelumnya pada blog ini juga pernah saya tampilkan dengan judul “Jalan-Jalan Ke Maitara. Itu juga merupakan rangkaian dari latihan terbuka teater sketsa bersama Matahati. Menimpali dengan sedikit aktivitas Mahasiswa yang menurut salah seorang senior mereka yang sekarang menjadi staf pengajar di sastra juga, bahwa aktifitas Mahasiswa dalam bentuk organisasi-organisasai yang ada di Fak sastra kini jauh berbeda kualitasnya dengan keanggotaan organisasi ketika semasanya. Lebih

lanjut menurut Mamat yang pernah beberapa kali mengikuti kegiatan yang menyangkut aktifitas kemahasiswaan berskala nasional. Menimpali bahwa kreatifitas anak-anak semasanya tumbuh subur sesuai dengan pengembangan minat dan bakat yang dimiliki oleh tiap mahasiswa sastra saat itu. B.E.M sebagai wadah organisasi pun turut mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa tersebut bahkan mensupport apapun kegiatan yang dilakukan oleh bidang-bidang kegiatan yang ada ataupun yang diluar dari Organisasi B.E.M. sehingga ketika ada masyarakat luar kampus yang bicara mengenai kreatifitas Mahasiswa, mengenai tarian, teater, parody, bahkan kerja sama dengan institusi pemerintah menyangkut dengan bidang-bidang sejarah maka Mahasiswa Fakultas Sastra Unkhairlah yang sebagai Ikon-nya.

Dan mereka tidak terjebak dengan politik praktis Mahasiswa meski pada saat itu Organisas-organisai kepemudaan (HMI,PMII,KAMMI maupun sebagian Mahasiswa yang mengakomodir kegiatan aktifitasnya pada Lembaga Dakwah Kampuspun selalu intens dengan siraman rohani mereka, apalagi disaat berhubungan dengan hari-hari besar agama. Namun apa yang terjadi pada aktifitas dan kreatifitas Mahasiswa dalam wadah organisasi di Fak. Sastra sekarang?. Ketika pada suatu kesempatan, kami sedang melakukan obrolan santai sembari basa-basi yang tidak ilmiah serta debat kusir yang sedikit terkesan sok idealis dan moralis (biar gak kalah dengan yang mengklaim diri sebagai aktivis dan Pakar dibidang tertentu).

Hampir senada para senior itu yang juga rata-rata jebolan sarjana sastra ini merasa prihatin dengan lembaga organisasi mahasiswa kini yang lebih bernuansa Politis.

Bahkan hingga ke organisasi kemahasiswaannyapun dipoles seolah menjadi kelompok para demonstran yang tak tahu tingkat idealismenya sampai dimana.

Kelompok organisasi dari Mahasiswa yang ada kini meski ada pembinaan minat dan bakat namun terkesan primodial atau terkotak-kotak. Bahkan tak urung mental kadernyapun demikian. Kegiatan berkesusasteraan dan berkesenianpun dilakukan hanya saat-saat tertentu kalau tidak pada masa-masa Ospek atau biasanya (entah) inisiatif dari mana kegiatan yang katanya sosialisasi Fakultaslah yang selalu diminati, karena mungkin ada Jalan-jalannya. Kelompok Band Anak-anak sastra inggris yang pernah sekali mangkal di tempat saya untuk menunggu antrian sewa studiopun sekarang sudak tidak aktif lagi. Grup tarian yang ada di Sastra sekarang ini, menurut Sang Alumni pun sifatnya dadakan atau tergantung pada kegiatan, jika ada hajatan tertentu, baru grup tarian itu dibentuk padahal semasa Mahasiswa dulu, Sang Alumni menimpali bahwa Sastra pernah memiliki Grup Tarian yang handal, juga Grup Teater yang sempat melakukan pementasan Hingga di Kampus Sastra Unsrat Manado. Begitupun pada Grup Tarian Fak. sastra yang sering dipakai dalam acara-acara resmi kedaerahan. Bahkan ada satu-dua personilnya yang diboyong untuk bergabung dengan Kelompok Tarian Daerah hingga melakukan perjalanan kedaerah-daerah di sejumlah Kota Besar Di Indonesia dalam rangka festival keraton se-Indonesia. Mungkin setiap era memeliki zamannya sendiri-sendiri tapi minimal tuntutan perubahan ke arah yang lebih baik serta progresif bahkan revolusioner menjadi sesuatu yang sunattullah. Jelasnyanya Para Kader dari tiap mahasiswa yang tergabung dalam organisasi mahasiswa yang ada saat itu khususnya yang berada dibawah naungan Fakultas Sastra Unkhair saat itu bisa dibilang cukup mobile dan mempunyai jaringan yang luas. Sementara sekarang? Saya Cuma merasa geli pada sesuatu yang tidak lucu jika organisasi Kemahasiswaan di Sastra ini lama-kelamaan di poles menjadi kelompok organisasi Demonstran yang hanya berteriak wacana-wacana usang dan recehan sementara jika memilih Aktivis yang bisa dianggap kritis dan progresiv, maka pastilah isu-isu menyangkut tentang BHP, Kenaikan BBM, Byar-petnya Lampu listrik PLN sekiranya juga menjadi wacana yang menjadi isu untuk didengung-dengungkan juga dikampus. Tetapi ini justru isu sentral yang krusial jarang atau bahkan dapat dibilang sangat minim diangkat oleh para Mahasiswa yang mengklaim diri sebagai aktivis itu.

No comments:

Post a Comment