Friday, June 26, 2009

INTERLUDE DIBAWAH LANGIT TERNATE

Hampir Dua atau 3 pekan lalu kegelapan meyelimuti Utara-Selatan Kota Ternate, rasa itu menyelusup hingga kedalam kepekatan malam berbaur dengan rhytme keterasingan tatkala keakuan luruh pada symponi lampu-lampu jalan dengan rinai yang terus berkejaran didepan Hotel Amara hingga meretas jauh di balik pungung bukit pelangi. Dimensi ruang dan waktu lebih temaknai ketika disini. Ya! Disini dalam keangkuhan sesaat puncak Kalamata yang sempat menoreh hikayat keangkuhan sejarah jalur-jalur suteranya. Lintasan kesadaran itu menyentakku pada cerita seorang kawan dalam hidupnya yang begitu sigap mengukur jalan dengan profesinya sebagai tukang ojek.

Pada malam yang terbalut dengan kesepian dan kedinginan yang saling memagut kesendiriannya. Ada hentakkan music yang cenderung hingar bingar dari balik kaca Ray Ben sedan Yaris dengan cekikikan yang menggoda dari pemilik suara-suara manja dua orang remaja yang seolah paradoks dengan nuansa malam saat itu. Entah dengan satu skenario yang memang sudah direncakan Tuhan, akhirnya dua pasang sejoli yang kontras secara usia itu tepaksa harus bertemu dengan kawanku, sebab Yaris dalam tunggangan mereka harus ngadat ditengah kegelapan malam dengan rinai dan sepi yang masih membalut malam.
Pertanyaan kemudian apa gerangan dengan cuaca yang kurang bersahabat pada malam itu, justru kedua gadis manis itu tetap saja menggelayut manja dalam dekapan dua lelaki dewasa yang sepintas terlihat lebih pantas menjadi om atau bapak mereka.

Atau memang benar bahwa itu adalah kedua orang tua mereka, akh.. terlalu instan rasanya untuk menilai atau jangan sampai pada suudzon yang tak berkesudahan. Lupakan dan kembali pada hati yang selalu bersih untuk tidak berpikir yang macam-macam. Meskipun sikap yang mereka tampakkan ada kemanjaan yang tak biasa terlalu mendustai kenyataan dengan bahasa tubuh yang terlihat.

No comments:

Post a Comment